Tolak Nyanyi di Inagurasi Trump Anggota PS Gereja Mormon Mundur
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Bukan pilihan mudah bagi Jan Chamberlin. Tetapi setelah malam-malam yang sulit untuk tidur, ia akhirnya mengambil keputusan. Wanita ini mengundurkan dari dari kelompok paduan suara The Mormon Tabernacle Choir (MTC), paduan suara yang sudah menyatakan persetujuan bernyanyi pada inagurasi Donald Trump sebagai presiden, Januari mendatang.
Menulis di akun Facebooknya, yang kemudian dihapus, Chamberlin mengatakan sejak MTC memutuskan menerima dan menyetujui undangan bernyanyi di inagurasi Trump, ia sudah gelisah. "Saya telah merenungkannya dengan hati-hati, banyak berdoa, berbicara dengan teman dan keluarga serta menyelidiki hati saya. Saya mencoba mengatakan kepada diri saya bahwa dengan tidak ikut bernyanyi di inagurasi, saya masih mungkin untuk tetap berada di PS TMTC," tutur dia, dikutip dari The New York Times.
Dan pada akhirnya Chamberlain harus hengkang dari paduan suara itu. Menurut The Salt Lake City Tribune, Chamberlin akhirnya mengundurkan diri.
"Saya tidak mungkin melanjutkan.... Saya tidak mungkin bisa melihat wajah saya di cermin dan menghormati diri saya sendiri (jika bertahan di MTC)," tulis dia.
Dia menambahkan, dengan setuju tampil di inagurasi Trump, MTC akan terkesan mendukung tirani dan fasisme, dan citra paduan suara tersebut akan rusak. Lebih jauh, ia berkata tidak mau dihantui oleh perasaan dikhianati, seperti yang sudah ia rasakan.
Dalam komentarnya di akun Facebooknya, Chamberlin juga seakan membandingkan Trump dengan Adolf Hitler dengan mengatakan, "sejarah berulang."
"Saya ingin memastikan saya tidak akan memberikan bunga kepada Hitler."
"Tentu saja saya tidak akan bernyanyi untuk dia."
MTC telah tampil bernyanyi di parade inagurasi sejumlah presiden AS dari Partai Republik, seperti George H.W. Bush, Richard Nixon, Lyndon Johnson, George W. Bush dan Ronald Reagan. Menurut Ron Jarret, presiden paduan suara itu, sudah merupakan tradisi MTC untuk tampil di inagurasi presiden.
Eric Hawkins, juru bicara Church of Jesus Christ Latter-day Saints, gereja yang menjadi induk MTC, menegaskan bahwa penampilan mereka di sana bersifat sukarela. Partisipasi MTC, kata dia, bukan dalam rangka mendukung kandidat atau partai tertentu melainkan untuk menunjukkan dukungan kepada kebebasan, peradaban dan transisi kekuasaan secara damai.
Namun, kontroversi muncul karena banyak anggota Mormon tidak setuju dengan keputusan tersebut. Sebuah petisi beredar di internet memprotes keputusan itu karena dianggap tidak merefleksikan nilai-nilai Mormonisme dan tidak mewakili kragaman lebih dari 15 juta anggotanya di seluruh dunia. Petisi tersebut telah ditanda-tangani 25.000 orang.
Menurut Julie Zauzmer dari The Washington Post, kelompok Mormon merupakan kelompok Kristen konservatif tradisional yang paling menentang Trump sebagai kandidat presiden di pemilu lalu, dibandingkan kelompok konservatif lainnya.
Banjarmasin Gelar Festival Budaya Minangkabau
BANJARMASIN, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan memberikan dukungan p...