Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 20:57 WIB | Minggu, 14 Mei 2023

Topan Mocha Terjang Mnyanmar, Terbangkan Atap dan Tiga Tewas

Petugas penyelamat memindahkan pohon yang tumbang setelah badai di Teknaf, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, Minggu, 14 Mei 2023. Bangladesh dan Myanmar bersiap pada hari Minggu ketika topan yang parah mulai melanda daerah pesisir dan pihak berwenang mendesak ribuan orang di kedua negara untuk mencari tempat berlindung. (Foto: AP/Al-emrun Garjon)

DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Ribuan orang berlindung di biara, pagoda, dan sekolah, mencari perlindungan dari badai dahsyat yang menghantam pantai Myanmar, merobek atap bangunan dan menewaskan sedikitnya tiga orang pada hari Minggu (14/5).

Pusat Topan Mocha mendarat pada Minggu sore di negara bagian Rakhine, Myanmar, dekat kotapraja Sittwe dengan kecepatan angin hingga 209 kilometer (130 mil) per jam, kata Departemen Meteorologi Myanmar.

Kantor informasi militer Myanmar mengatakan badai tersebut telah merusak rumah, trafo listrik, menara ponsel, kapal dan tiang lampu di kotapraja Sittwe, Kyaukpyu, dan Gwa. Dikatakan badai juga merobek atap gedung olah raga di Kepulauan Coco, sekitar 425 kilometer (264 mil) barat daya kota terbesar di negara itu, Yangon.

Media yang berbasis di Rakhine melaporkan bahwa jalan-jalan dan ruang bawah tanah rumah-rumah di daerah dataran rendah Sittwe terendam banjir. Sebagian besar wilayah terputus dari layanan telepon dan internet setelah angin kencang menghancurkan menara telepon seluler.

Lebih dari 4.000 dari 300.000 penduduk Sittwe dievakuasi ke kota lain dan lebih dari 20.000 orang berlindung di bangunan kokoh seperti biara, pagoda, dan sekolah yang terletak di dataran tinggi kota, kata Tin Nyein Oo, yang menjadi sukarelawan di tempat penampungan di Sittwe.

Lin Lin, ketua yayasan amal setempat, mengatakan sebelumnya tidak ada cukup makanan di tempat penampungan di Sittwe setelah lebih banyak orang datang dari yang diperkirakan.

Titon Mitra, perwakilan Program Pembangunan PBB di Myanmar, men-tweet: “Mocha telah mendarat, dua juta orang berisiko. Kerusakan dan kerugian diperkirakan akan sangat luas. Kami siap untuk merespons dan membutuhkan akses tanpa hambatan ke semua komunitas yang terkena dampak.”

Pada Minggu pagi, beberapa kematian akibat angin dan hujan dilaporkan terjadi di Myanmar. Sebuah tim penyelamat dari negara bagian Shan timur negara itu mengumumkan di halaman media sosial Facebook-nya bahwa mereka telah menemukan mayat pasangan yang terkubur ketika tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat menghantam rumah mereka di kotapraja Tachileik.

Media lokal melaporkan bahwa seorang pria tewas tertimpa pohon beringin yang menimpanya di kotapraja Pyin Oo Lwin di Wilayah Mandalay tengah.

Bangladesh Terhindari dari Topan Mocha

Pihak berwenang di kota Cox's Bazar di Bangladesh, yang terletak di jalur yang diprediksi badai, mengatakan sebelumnya bahwa mereka telah mengevakuasi sekitar 1,27 juta orang, tetapi pada sore hari tampaknya badai tersebut sebagian besar akan melewati negara itu karena berbelok ke timur, kata Azizur Rahman, direktur Departemen Meteorologi Bangladesh di Dhaka.

“Tingkat risiko telah berkurang sebagian besar di Bangladesh kami,” katanya kepada wartawan.

Angin kencang disertai hujan berlanjut di Pulau Saint Martin di Teluk Benggala pada sore hari, tetapi gelombang pasang yang dikhawatirkan tidak terjadi karena topan mulai melintasi pantai Bangladesh saat air surut, lapor stasiun TV Jamuna yang berbasis di Dhaka.

Badan-badan PBB dan pekerja bantuan di Bangladesh telah menyiapkan berton-ton makanan kering dan lusinan ambulans dengan tim medis keliling di kamp-kamp pengungsi yang luas yang menampung lebih dari satu juta Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar.

Pada Mei 2008, Topan Nargis melanda Myanmar dengan gelombang badai yang meluluhlantakkan daerah berpenduduk di sekitar Delta Sungai Irrawaddy. Setidaknya 138.000 orang meninggal dan puluhan ribu rumah dan bangunan lainnya hanyut.

Roxy Mathew Koll, seorang ilmuwan iklim di Institut Meteorologi Tropis India di kota Pune, mengatakan siklon di Teluk Benggala menjadi lebih intens dengan lebih cepat, sebagian karena perubahan iklim.

Ilmuwan iklim mengatakan siklon sekarang dapat mempertahankan energinya selama berhari-hari. Topan Amphan di India timur pada tahun 2020 terus melintasi daratan sebagai topan yang kuat dan menyebabkan kerusakan yang luas.

“Selama lautan hangat dan angin mendukung, topan akan mempertahankan intensitasnya untuk waktu yang lebih lama,” kata Koll.

Topan, badai raksasa yang mirip dengan yang dikenal sebagai angin topan atau topan di belahan dunia lain, termasuk di antara bencana alam paling dahsyat di dunia, terutama ketika melanda wilayah pesisir yang padat penduduk. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home