Loading...
INDONESIA
Penulis: Tunggul Tauladan 23:55 WIB | Kamis, 12 November 2015

Tradisi Gunung Jadi Peradaban Luar Biasa

Yoke Darmawan secara resmi membuka Borobudur Writers and Cultural Festival 2015 di Yogyakarta, hari Kamis (12/11). (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Perhelatan tahunan, Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2015 resmi dibuka pada hari Kamis (12/11) oleh Direktur BWCF 2015, Yoke Darmawan. Bertempat di Hotel Inna Garuda, festival seni, budaya, dan sejarah ini telah memasuki tahun keempat sejak pertama kali dihelat pada 2012 silam.

BWCF 2015 mengangkat tema “Gunung, Bencana, dan Mitos di Nusantara”. Tema ini dipilih karena banyak tradisi gunung yang dinilai sangat luar biasa, namun banyak dilupakan orang. Pada kesempatan ini, tradisi gunung tersebut akan kembali digali, baik dari segi arkeologis, budaya, maupun sejarah.

“Tahun ini, kita akan mengangkat tema ‘Gunung, Bencana, dan Mitos di Nusantara’. Ini kali keempat kita laksanakan program ini. Sebuah festival yang lucu, genit, dan unik karena kita tidak hanya berkumpul di ruang seminar, tapi kita juga naik gunung. Tradisi gunung begitu unik, begitu luar biasa. Jadi ini menjadi pembelajaran bahwa tradisi gunung darimana kita berasal, peradaban Indonesia yang luar biasa menjadi bagian dari BWCF,” kata Direktur BWCF 2015, Yoke Darmawan pada Kamis (12/11).

Menurut Yoke, BWCF merupakan festival yang unik karena di dalamnya banyak melibatkan praktisi lintas ilmu pengetahuan, seperti budayawan, sastrawan, sejarawan, arkeolog, hingga jurnalis. Hal ini karena pada awal dibentuk, festival ini memiliki agenda utama untuk membuka ruang selebar-lebarnya, mempertemukan berbagai orang yang ahli di bidangnya untuk berbagi pengetahuan sehingga menimbulkan inspirasi.

“BWCF dibangun dari niat untuk belajar menggali lebih banyak tentang Nusantara. Hal yang unik dari Samana Foundation atau penyelenggara dari BWCF adalah keinginan dan kemampuan kita untuk mapping, mengumpulkan teman-teman pengkaji sejarah Indonesia, sekaligus mereka yang sangat ahli di bidangnya untuk memberikan inspirasi, makalah, sekaligus temuannya, sehingga para penulis mendapatkan inspirasi,” tambah Yoke.

Di sisi lain, Yoke melanjutkan bahwa dalam setiap perhelatan, tak menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat antarahli dalam menilai sesuatu. Hal tersebut tak lepas dari cara berfikir setiap orang yang tidak selalu sama dengan orang lain. Namun, hal itu bukan suatu hambatan, namun justru suatu keunikan tersendiri.

“Saya pikir sebuah festival adalah perayaan. Di dalam perayaan kita merayakan perbedaan. Dan perbedaan adalah hal yang wajar dalam BWCF. Perbedaan bukan memecah-belah kita, tapi perbedaan yang membuat BWCF ini unik,” ujar Yoke.

BWCF 2015 merupakan sebuah festival yang diselenggarakan oleh Samana Foundation yang bekerjasama dengan PT. Taman Wisata Candi (TWC). Perhelatan BWCF 2015 dipusatkan di Magelang, Jawa Tengah selama tiga hari, 12-14 November 2015. Selama perhelatan acara ini, sejumlah agenda telah disiapkan, seperti seminar tentang gunung hingga mitologi, pentas seni, hingga anugerah Sang Hyang Kamahayanikan Award.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home