Tragedi Ferguson Terulang Lagi
FERGUSON, SATUHARAPAN.COM – Sedikitnya satu demonstran terluka setelah aparat melepaskan sejumlah tembakan dalam bentrokan di Kota Ferguson, Amerika Serikat pada Minggu malam (9/8).
Wartawan AFP melaporkan bahwa ia mendengar lebih dari 20 tembakan dan melihat seorang demonstran terkapar bersimpah darah.
Kepolisian daerah St Louis County melalui Twitter menyatakan sejumlah tembakan dilepaskan dalam bentrokan tersebut, sementara media setempat melaporkan satu orang dilarikan ke rumah sakit dalam insiden itu.
Bentrokan terjadi pada peringatan penembakan berdarah remaja kulit hitam Michael Brown oleh seorang polisi kulit putih. Kasus itu kemudian menyulut kerusuhan yang sarat dengan kekerasan.
Demonstrasi relatif damai, namun sekelompok demonstran kemudian menjarah sebuah toko dan terlibat bentrokan dengan aparat kepolisian antihuru-hara.
Tragedi Ferguson
Michael Brown (18), remaja kulit hitam tidak bersenjata yang meninggal ditembak seorang polisi kulit putih, Darren Wilson. pada 9 Agustus 2014. Sedikitnya menerima enam tembakan,
Brown menerima dua tembakan di kepala dan empat tembakan di lengan kanan, menurut laporan surat kabar tersebut, mengutip hasil autopsi awal. Sebelumnya Brown diduga melakukan perampokan sebuah toko. Polisi menerima panggilan darurat tentang perampokan yang ciri-ciri pelakunya seperti Brown.
Semua tembakan diarahkan ke bagian depan tubuh korban, menurut laporan Times, mengutip pernyataan Michael Baden, mantan kepala autopsi New York City yang melakukan autopsi secara terpisah atas permintaan keluarga korban.
Pembunuhan Brown pada 9 Agustus lalu memicu aksi kerusuhan dan unjuk rasa di Ferguson, Negara Bagian Missouri.
Ketegangan masih begitu tinggi antara warga Amerika Serikat keturunan Afrika di Ferguson dan kepolisian kota yang sebagian besar anggotanya merupakan orang kulit putih.
Polisi Dibebaskan
Namun, Departemen Kehakiman Amerika Serikat telah membebaskan polisi Darren Wilson terkait kasus pelanggaran hak sipil dalam penembakan remaja kulit hitam bersenjata.
Aparat federal menyimpulkan, tidak ada barang bukti untuk menyangkal kesaksian Wilson bahwa ia takut terhadap keselamatannya. Selain itu, tidak ditemukan pula barang bukti yang dapat dipercaya bahwa Michael Brown menyerah saat ditembak.
Penembakan 9 Agustus tersebut memang sudah diduga karena diperlukan standar hukum yang tinggi dalam penuntutan hak-hak sipil federal.
“Undang-undang federal mengharuskan pemerintah untuk membuktikan petugas Wilson memang menggunakan kekuatan yang tak masuk akal saat menembak Michael Brown. Tidak hanya itu, UU federal harus pula menunjukkan bahwa Wilson melakukannya dengan sengaja, yakni apabila ia tetap menembak Brown meski mengetahui bahwa tersebut melanggar hukum,” kata Departemen Kehakiman AS, awal Maret lalu.
“Setelah melakukan pemeriksaan semua bukti yang ada secara mendalam dan deliberatif, departemen memutuskan, bukti-bukti tersebut tidak menunjukkan Darren Wilson telah melanggar undang-undang pidana federal tentang hak-hak sipil.”
Wilson dibebaskan hakim pada November 2014. Penembakan Ferguson memicu protes di jalan-jalan dan menjadi isu hangat mengenai hubungan antarras dan departemen kepolisian terkait patroli minoritas.
Wilson mengatakan kepada hakim St. Louis, ia takut keselamatannya terancam selama konfrontasi atas kematian Brown. Petugas polisi AS itu juga bersaksi, remaja hitam tersebut memukul wajahnya dan merampas pistolnya. Namun, beberapa saksi menyatakan, Brown menyerah saat ditembak Wilson.
Ikuti berita kami di Facebook
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...