Trump Mengaku Dipaksa Teken Larangan Imigran 7 Negara Muslim
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Sebuah pengakuan mengejutkan datang dari Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, tentang perintah eksekutif yang ia tandatangani, berisi larangan terhadap imigrasi dari 7 negara mayoritas Muslim.
Berbicara di depan Asosiasi Sheriff Nasional AS, pada hari Rabu (8/2), Trump mengatakan semula ia tidak ingin melakukan larangan imigrasi segera. Ia ingin memberi tenggang waktu sebulan sebelum pemberlakuannya dan memberikan peringatan kepada mereka yang akan masuk ke AS sebelumnya.
Namun, kata dia, saran yang ia kemukakan itu ditolak oleh para penegak hukum yang bersamanya, yang ia tidak mau menyebutkan namanya.
Menurut Trump, para penegak hukum itu berkata bahwa jika ditunda, teroris akan membanjir masuk ke AS.
"Para penegak hukum itu mengatakan, 'Anda tidak boleh memberikan peringatan di awal.' Saya usulkan (peringatan) satu bulan. Lalu saya katakan, 'Bagaimana jika satu pekan?' Mereka berkata tidak bisa karena nanti orang akan berdatangan sebelum pengetatan aturan itu," kata Trump, dilansir dari CNN, Rabu (8/2).
Pengakuan ini mengejutkan karena Trump selama ini mati-matian membela perintah eksekutif yang menjadi kontroversial di seluruh dunia itu.
Pada saat berbicara di depan para sherif itu, pengakuannya tersebut tak membuat Trump berniat menganulir perintah eksekutifnya. Ia kembali menekankan bahwa perintah tersebut benar.
"Kita melalukan hal benar," kata Trump.
Pihak Gedung Putih tidak berkomentar tentang siapa penegak hukum yang memaksa Trump menandatangani perintah eksekutif itu dengan segera.
Banyak orang mempertanyakan pengakuan itu, sebab beberapa hari setelah Trump menandatangani larangan imigrasi, ia bersikukuh justru dengan alasan bahwa bila tidak dilakukan dengan segera, banjir imigran akan melanda AS.
Kekhawatiran Trump juga dipandang tidak beralasan sebab proses untuk mendapat visa ke AS sangat panjang, bisa memakan waktu berbulan-bulan. Jadi banjir imigran yang ia khawatirkan dianggap tidak sesuai dengan kenyataan.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...