Trump Umumkan Pembatalan KTT dengan Pemimpin Korut
SATUHARAPAN.COM – Pertemuan tingkat tinggi antara Amerika dan Korea Utara batal. Setidaknya hingga saat ini.
Presiden Donald Trump mengatakan telah membatalkan pertemuan yang direncanakan berlangsung pada 12 Juni di Singapura dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan menyalahkan hal itu pada pernyataan Korea Utara baru-baru ini.
“Saya yakin ini merupakan kemunduran luar biasa bagi Korea Utara, dan bahkan bagi dunia,” ujar Trump.
Demikian pernyataan Trump di Roosevelt Room Gedung Putih sesaat sebelum menandatangani sebuah RUU yang tidak terkait dengan pernyataan tersebut.
Donald J. Trump, “I have decided to terminate the planned Summit in Singapore on June 12th. While many things can happen and a great opportunity lies ahead potentially, I believe that this is a tremendous setback for North Korea and indeed a setback for the world...”
Demikian tulis Presiden Trump di akun Twitter, 24 Mei 2018 pukul 11.57.
Presiden Trump juga memperingatkan bahwa pasukan militer Amerika bersama sekutunya – Korea Selatan dan Jepang – kini “lebih siap dibanding yang pernah ada sebelumnya,” jika Korea Utara mengambil “tindakan yang ceroboh atau gegabah,” ia menandaskan.
Trump menyampaikan harapan agar kepemimpinan Korea Utara akan bergabung dengan komunitas negara-negara itu.â
Gedung Putih pada Kamis (24/5) pagi merilis sebuah surat yang ditulis Presiden Trump kepada Kim Jong Un, yang menyatakan, “Saya sangat ingin berada di Singapura bersama Anda. Sayangnya, karena adanya kemarahan dan permusuhan luar biasa yang ditujukan dalam pernyataan Anda baru-baru ini, saya merasa waktunya belum tepat untuk melangsungkan pertemuan yang telah lama direncanakan ini.”
Gaya Retorika
Menurut seorang pejabat Gedung Putih, keputusan itu diambil setelah terjadi penghinaan terhadap Wakil Presiden Mike Pence yang disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui. Ia menyebut Pence “boneka politik” dan menyampaikan peringatan dalam gaya retorika yang kerap dilakukan Korea Utara tentang konfrontasi nuklir.
Trump dalam suratnya, menggunakan retorika yang serupa, dan merujuk kepada kemampuan nuklir Amerika yang “begitu besar dan kuat sehingga saya berdoa kepada Tuhan agar kami tidak pernah harus menggunakannya.”
Pejabat Gedung Putih mengatakan “pintu belakang masih terbuka jika Korea Utara bersedia. Tetapi hal ini paling sedikit harus mencakup perubahan retorika mereka.”
Sebelum hal itu terjadi, kata Trump, sanksi-sanksi dan “kampanye tekanan maksimum akan terus berlanjut” terhadap Korea Utara.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in buru-buru melangsungkan pertemuan tengah malam dengan para pejabat keamanannya sebelum menyampaikan “penyesalan mendalam” atas pembatalan pertemuan tingkat tinggi itu, dan mendesak pembicaraan langsung antara Amerika dan Korea Utara; dan menambahkan bahwa denuklirisasi Semenanjung Korea seharusnya tidak ditunda.
Korea Utara telah mengancam akan menarik diri dari KTT yang belum pernah dilangsungkan itu setelah sejumlah beberapa pejabat Amerika menyampaikan model pendekatan Libya, yang membuat negara di benua Afrika itu benar-benar melucuti senjata nuklirnya sebelum memperoleh konsesi apa pun. (Voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...