Tukang Ojek, Profesi Sampingan yang Menjanjikan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menjadi tukang ojek ternyata bisa menjadi profesi alternatif yang menjanjikan. Hal ini dirasakan oleh Soleh, salah satu awak Go-Jek yang menjadikan ojek sebagai pekerjaan tambahan namun dengan penghasilan yang melebihi pekerjaan utamanya.
Selain mengojek, ia mengaku telah bekerja di perusahaan swasta di sebuah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Jakarta Selatan sebagai operator gas nitrogen.
"Saya bekerja dulu sampai jam 3 sore. Saya mandi dulu, makan dulu, ganti baju dulu, baru saya narik ojek. Kalau malam, biasanya sampai rumah jam 11 atau 12 malam," kata Soleh kepada satuharapan.com, Sabtu (25/7).
Ia mampu mengantar 3 sampai 4 pelanggan dalam sehari sebab ia bekerja sebagai tukang ojek hanya 6 jam setiap hari.
Menurutnya, pekerjaan ojek ini tidak menyusahkan karena bersifat freelance atau tidak mengikat. Meski begitu ia tetap rajin mengantar pelanggan. "Saya senang narik ojek, sekalian jalan-jalan."
Go-Jek merupakan sebuah perusaha berbasis daring (online) yang menawarkan jasa transportasi, baik antar-jemput penumpang dengan sepeda motor maupun jasa mengantar barang ataupun makanan.
Untuk menunjang pekerjaannya itu, setiap awak Go-Jek harus memiliki telepon pintar (smartphone) agar bisa merespons permintaan pelanggan dengan cepat. Oleh sebab itu, Go-Jek menerapkan sistem kredit. Awak yang belum memiliki telepon pintar cukup mencicil 50.000 per hari selama 100 hari. Dengan begitu awak bisa melayani pelanggan secara maksimal.
Pria berdarah Jawa kelahiran Jakarta ini mampu meraup penghasilan sekitar 100.000 rupiah setiap hari. Menurut pengakuannya, bila diakumulasi, pendapatan ojek lebih tinggi daripada pekerjaannya sebagai operator gas nitrogen. Meski demikian, ia tak memaksakan dirinya untuk mendapatkan lebih banyak lagi penghasilan dari mengojek.
"Saya kan sudah bekerja, jadi nggak ngoyo gitu. Beda dengan teman-teman lain yang memang ngojek dari pagi sampai malam. Mereka bisa dapat lima juta rupiah lebih. Ada yang sampai 13 juta rupiah," ujar Soleh.
"Lima juta rupiah itu pendapatan bersih, lho. Belum terhitung yang lain kalau mereka dapat dari pembayaran langsung ataupun tips," kata dia melanjutkan.
Berharap Ojek Lokal Ikut Bergabung
Soleh membenarkan adanya persaingan yang kerap tak sehat dengan ojek lokal yang biasa mangkal untuk menunggu penumpang. Namun ia menggap kondisi itu lumrah terjadi. Ia pun mengaku pernah ditegur oleh ojek lokal saat menjemput pelanggan. Syukur, tidak ada kekerasan fisik menimpa dirinya.
Akan tetapi ia pun tenang menjalankan profesinya sebagai tukang ojek karena Go-Jek diakuinya telah bekerja sama dengan aparat untuk menindaklanjuti perkara apabila ada kontak kekerasan fisik yang dialami awak oleh okum-oknum tertentu, termasuk ojek lokal.
Meskipun demikian, Soleh berharap agar teman-teman ojek lokal bisa seperti dirinya sebab menurutnya tak ada rugi menjajaki jasa transportasi daring ini.
"Saya sih pengennya mereka (ojek lokal) gabung juga. Soalnya, sekarang ini pelanggan yang cari kita. Kalau mangkal kan kita yang menunggu pelanggan," ujar Soleh.
Transportasi memang telah menjadi masalah penting di Ibu Kota. Kehadiran jasa ojek berbasis daring menjadi solusi praktis bagi warga Jakarta yang membutuhkan kecepatan untuk menembus kemacetan.
Editor : Bayu Probo
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...