SAINS
Penulis: Fransisca Noni
10:10 WIB | Senin, 17 Februari 2014
Tumpahan Minyak Mengancam Burung Migrasi di Bali
SATUHARAPAN.COM - Burung-burung yang bermigrasi ke wilayah Indonesia terancam tumpahan residu minyak di sekitar pelabuhan Benoa Bali. Beberapa ekor burung diketahui terkena minyak yang mengancam kelangsungan hidupnya.
Pada bulan September hingga Nopember setiap tahunnya, Indonesia kedatangan burung-burung dari kawasan laut dan pantai belahan bumi utara. Burung-burung tersebut datang dalam jumlah ribuan, mereka kerap mencari makan dekat dengan pemukiman seperti persawahan, pelabuhan, atau tambak yang tidak memiliki perlindungan hukum setara dengan cagar alam.
Tidak jarang dalam perjalanan migrasi, burung-burung itu mendapat banyak ancaman seperti cuaca buruk, hilang atau berkurangnya habitat sementara, perburuan bahkan polusi.
Pelabuhan Benoa di Denpasar, Bali adalah salah satu lokasi mencari makan dan istirahat burung pantai yang bermigrasi. Burung-burung itu seperti Cerek pasir Mongolia, Cerek-pasir besar, Cerek besar, Trinil ekor-kelabu, Trinil bedaran, Gajahan pengala, Gajahan timur.
Pada 28 Januari 2014, pengamat melihat sekitar dua puluh burung pantai terindikasi terkena tumpahan residu minyak yang berada di sebelah barat Pelabuhan Benoa.
”Saya sempat mengabadikan beberapa burung pantai yang terkena tumpahan residu minyak, baik yang sebagian ataupun yang seluruh tubuhnya terkena tumpahan minyak,” kata Yuyun Yanwar fotografer asal Bali.
Dari informasi tersebut, pada 4-10 Februari 2014 Bagan Penandaan Burung di Indonesia (Indonesian Bird Banding Scheme), Cikabayan Birdbanding Club dari Bogor, Anak Burung Birdbanding Club dari Surabaya, Bali Birdbanding Club, dan staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali berusaha menangkap, membersihkan burung yang terkena tumpahan residu minyak, kemudian dilepaskan kembali.
Tim berhasil menangkap lima burung yang terkena tumpahan minyak, seekor Cerek besar Pluvialis squatarola, dua Cerek-pasir besar Charadrius leschenaultii, satu Cerek-pasir Mongolia Charadrius mongolus dan seekor Trinil ekor-kelabu Heteroscelus brevipes dengan kondisi 5 hingga 80 persen terkena tumpahan residu minyak.
“Sulit sekali kami menangkap burung-burung tersebut untuk membersihkan dari tumpahan minyak. Burung tersebut masih bisa terbang meski kondisinya ada yang 100 persen terkena tumpahan residu minyak sehingga sering berpindah tempat,” ujar Iwan Londo dari Anak Burung Birdbanding Club, Surabaya.
Fathur Rohman staf Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali mengungkapkan bahwa burung yang terkena tumpahan minyak akan menjadi ancaman yang serius terhadap keberlangsungan hidupnya.
“Karena burung dapat menelisik bulu-bulu dan akibatnya minyak bisa tertelan dan menjadi racun dalam tubuh,” kata Fathur Rohman.
Fathur menambahkan bahwa cepat atau lambat tumpahan minyak akan menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem, tidak terkecuali burung pantai.
“Kami dan pengamat burung di sini akan tetap memantau burung yang masih terkena atau yang sudah dibersihkan,” kata Fathur Rohman.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KABAR TERBARU
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...