Tunisia Tolak Kepulangan Ekstremis
TUNIS, SATUHARAPAN.COM – Para menteri Tunisia bertemu pada Kamis (29/12) ini untuk memutuskan rencana menolak kepulangan para ekstremis dari medan perang di luar negeri, ungkap seorang sumber pemerintah.
Mereka menganggap pulangnya ekstremis ke Tunisia dapat membuat negara Afrika utara itu tidak stabil. "Akan ada pertemuan tingkat menteri (hari Kamis 29/12) dengan maksud untuk meluncurkan sebuah rencana aksi strategis," kata sumber dari kantor perdana menteri kepada AFP, Rabu (28/12).
Pertemuan tingkat menteri itu dijadwalkan dipimpin Perdana Menteri Youssef Chahed seusai sejumlah pertemuan antara para ahli keamanan dan peradilan tentang masalah tersebut.
PBB memperkirakan lebih dari 5.500 warga Tunisia berperang bersama kelompok-kelompok ekstremis, termasuk di Suriah, Irak dan Libya, negara-negara yang sebagian wilayahnya direbut kelompok ISIS.
Kekhawatiran tentang kembalinya para ekstremis meningkat sejak warga Tunisia, Anis Amri, diidentifikasi sebagai tersangka penyerangan menggunakan truk yang menewaskan 11 orang di pasar Natal Berlin pada pekan lalu dan juga membunuh pengemudi truk itu.
Seorang sumber, yang namanya tidak disebutkan, mengatakan "strategi komprehensif" yang dipertimbangkan pemerintah tersebut telah disusun di kantor perdana menteri pada bulan lalu.
Pekan lalu, Menteri Dalam Negeri Hedi Majdoub mengatakan kepada parlemen Tunisia bahwa 800 ekstremis sudah kembali dari luar negeri, sambil menekankan pemerintah mengawasi mereka dengan ketat. (AFP/Ant)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...