Tur ke Bangkok, Dibayangi Kecemasan Virus Corona
SATUHARAPAN.COM – Ke Bangkok? Hari gini? Tak ayal pertanyaan pun bermunculan, dan kecemasan pun membayang.
Kalimat di atas itu memang bukan mengacu pada pemilihan waktu, 18 – 22 Februari, yang mengarah ke “tanggal tua” pada kalender seseorang yang masih berstatus karyawan. Kalimat di atas itu lebih mengacu pada situasi belakangan ini, terkait gencarnya pemberitaan di berbagai media tentang merebaknya virus corona baru, yang kemudian oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dinamakan COVID-19.
Bukan hanya kasus penularannya yang merebak ke luar daratan China, tempat mewabahnya virus itu pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei, persoalannya juga belum ada vaksin yang mampu melumpuhkannya.
Bisa dibayangkan, bukan perkara mudah bagi Soesri Wulandhari Basuki dari PT Cahaya Karimah Rasya Tour & Travel, untuk memastikan keberangkatan rombongannya berwisata ke ibu kota Negeri Gajah Putih itu dan ke Pattaya. Ia akan membawa 16 anggota keluarga, terdiri atas suami, anak-anak, cucu, kakak-adik, dan keponakan, serta 17 teman dekatnya.
Ibarat maju “kena”, mundur tak mungkin. Persiapan sudah dilakukan sejak November 2019. Semua memiliki konsekuensi. Yang dapat dilakukan adalah terus memantau berita, terutama dari Thailand.
Hingga 15 Januari 2020, sejak merebaknya virus corona baru di Wuhan, Desember lalu, Thailand mengumumkan penemuan 33 kasus di negaranya, termasuk suspect yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke China.
Namun, berita dari partner biro perjalanan setempat, Full Moon Paradise Tour, membesarkan hati Soesri. Seminggu sebelum rombongan Soesri, mereka juga memandu rombongan wisatawan dari Indonesia.
Thailand tetap membuka pintu untuk kunjungan wisatawan. Bisa dimaklumi, pariwisata penyumbang utama GDP Thailand. Mengutip Wikipedia, menurut Sekretaris Jenderal Kantor Dewan Pengembangan Sosial dan Ekonomi Nasional yang dikemukakan pada 2019, Pemerintah Thailand mencanangkan target untuk sektor pariwisata 30 persen GDP (produk domestik bruto, salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional, Red) pada 2030, meningkat dari target sebelumnya 20 persen pada 2019.
Tak memungkinkan lagi mengundurkan jadwal, Soesri dan timnya mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ia menyimak berita-berita kesehatan, terutama panduan penanggulangan, termasuk dari WHO. Peserta tur ia bekali dengan antiseptic gel pembersih tangan, toilet seat sanitizer, vitamin C, masker, dan kaus tangan. Sebagian peserta bahkan menjalani vaksinasi influenza.
“Dengan mengucap ‘Bismillahirrahmanirrahim’, kita berangkat. Yang terpenting berdoa, memohon berangkat selamat, pulang pun selamat,” kata Soesri.
Pengaruh Merebaknya Virus Corona Baru
Mengenakan masker menjadi pemandangan umum, sejak di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng, di pesawat AirAsia Indonesia termasuk awak kabin, dan di Bandara International Don Mueang, Bangkok. Namun, memasuki perjalanan hari kedua, 19 Februari, kehidupan di Bangkok terlihat berjalan seperti biasa.
Merebaknya virus corona baru terkesan tidak mempengaruhi warga Bangkok beraktivitas seperti biasa. Tidak setiap orang mengenakan masker di tempat-tempat umum, seperti terlihat di penyeberangan Sungai Chao Phraya, sungai besar yang membelah Kota Bangkok dan salah satu jalur lalu lintas penting.
Seperti diumumkan pilot dalam penerbangan dari Jakata, cuaca Bangkok dan Pattaya sangat panas. Cuaca pada 19 Februari saat itu tertera 34 derajat celsius.
Merebaknya virus corona baru tak dapat dielakkan memukul industri pariwisata Thailand. Sepi, kesan Weny Gondoboentoro, peserta tur, yang sudah enam kali mengunjungi Thailand terutama Bangkok. Di beberapa ruas jalan, terpampang spanduk dukungan kepada Pemerintah China dalam menanggulangi virus corona, dan harapan wabah segera berakhir.
Pertunjukan kabaret ladyboy di Pattaya termasuk salah satu mata rantai yang terpengaruh. Ladyboy, sebutan waria di Thailand memiliki bisnis industri pertunjukan yang mendukung Pemerintah Thailand guna mendukung industri pariwisata.
Pemandu dari Full Moon Paradise Tour, Aseming Binresa, mengatakan jika biasanya pertunjukan kabaret berlangsung empat kali, mulai dari pukul 17.00 hingga terakhir pukul 21.30 di gedung berkapasitas 1.200 orang itu, sejak wisatawan asal China absen di Thailand, pertunjukan hanya berlangsung dua kali setiap malam.
Mengutip Wikipedia, data tahun 2017 menyebutkan wisatawan Tiongkok mencapai 27 persen dari total wisatawan yang berkunjung ke Thailand, meningkat pesat dari tahun sebelumnya yang 7,12 persen, di bawah Malaysia 12,39 persen. Data tahun 2015 menyebutkan wisatawan Rusia 6,5 persen. “Jumlah wisatawan India juga termasuk banyak,” kata Aseming.
Terlepas dari pukulan bagi pariwisata Thailand karena absennya wisatawan China, Weny Gondoboentoro mengatakan kondisi itu membuatnya lebih nyaman bergerak. “Biasanya, di mana-mana antre, saking banyaknya turis China,” katanya.
Termasuk di atraksi yang diunggulkan, bersantap malam di atas kapal menyusuri Sungai Chao Phraya. "Sejak antre di depan hingga memasuki badan kapal, harus berjuang antre, berdesak-desakan dengan turis China," kata Weny.
Satu acungan jempol Thailand dalam mempromosikan pariwisatanya adalah melibatkan tamunya untuk ikut berpromosi, terutama di saat sepi seperti saat ini. Di beberapa destinasi, pemandu wisata akan mengajak berfoto bersama, membagikan lembaran kertas bertuliskan “Thailand Aman” atau “Bangkok Aman”, dan merekamnya untuk diunggah via YouTube.
Ibarat menjamu hingga titik terakhir, pemandu mengantar tamu hingga selesai menimbang barang bawaan, menjelang pemeriksaan imigrasi, seolah menjadi pelengkap dari slogan “Amazing Thailand” yang dicanangkan The Tourism Authority of Thailand.
Data terbaru, mengutip cnn.com, Thailand melaporkan ada 42 suspect virus corona.
Berita terbaru menyebutkan pada 28 Februari, Bangkok Airways mengumumkan rencana memotong gaji eksekutif mereka, mengurangi jumlah penerbangan, membatalkan beberapa rute, dan staf akan pergi tanpa bayaran selama 10-30 hari karena anjloknya ekonomi dan merebaknya COVID-19.
Legend Siam, taman wisata di Pattaya, yang sempat dikunjungi rombongan Soesri pada 20 Februari, mulai 3 Maret nanti ditutup sementara karena kurangnya wisatawan selama penyebaran virus. Manajemen taman wisata berjanji mempekerjakan semua staf kembali saat nanti dibuka lagi.
Kembali menjejakkan kaki di Bandara Soekarno Hatta pada Sabtu, 22 Februari malam hari, petugas dari kesehatan menyambut kedatangan rombongan, mengukur suhu tubuh satu per satu, dan membagikan lembaran kuning “Kartu Kewaspadaan Kesehatan”.
Kartu itu bertuliskan, “Bila Anda mengalami sakit dalam 14 hari terakhir setelah bepergian dari luar negeri atau datang dari negara endemis, atau terjangkit, agar segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat dan menyerahkan kartu ini”. Tentu, kartu itu disimpan baik-baik.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...