Turki: Kasus Sopir Bus Menolak Berhenti untuk Shalat Menuai Perdebatan Sekularisme
ANKARA, SATUHARAPAN.COM-Sopir bus jarak jauh di Turki menolak untuk berhenti agar penumpang bisa shalat telah memicu perdebatan baru tentang sekularisme di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu.
Menyusul penolakan pengemudi pada akhir pekan, penumpang mengeluh di Twitter, dan ini menarik tanggapan kontroversial dari perusahaan perjalanan.
“Tidak ada hak yang ditentukan oleh konstitusi (Turki) yang dapat digunakan untuk melanggar konsepsi republik demokratis dan sekuler”, kata perusahaan Oz Ercis dalam sebuah pernyataan, yang kemudian menjadi viral.
Kontroversi tersebut adalah contoh terbaru dari perdebatan lama di negara dengan mayoritas Muslim tetapi memiliki tradisi sekuler, meskipun prinsip ini mulai terkikis di bawah Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Bus itu melakukan salah satu perjalanan terpanjang melintasi Turki, menghubungkan wilayah Van dekat perbatasan Iran di timur ke Izmir di pantai Aegean di Turki barat, kata pengacara perusahaan perjalanan itu pada hari Selasa (8/11).
Perjalanan memakan waktu lebih dari 24 jam.
“Perusahaan menemukan dirinya di tengah kontroversi sekularisme. Kami dipilih sebagai target. Tapi kami menghormati semua keyakinan,” kata pengacara, Tuncay Keserci.
"Tidak mungkin ... mengabaikan hak penumpang lain yang tidak shalat dan ingin tiba di tempat tujuan tepat waktu, bagi penumpang untuk shalat," tambah pernyataan perusahaan itu.
Tanggapan itu menuai pujian dan kritik, dengan para pendukung memuji Oz Ercis atas “keberanian” mereka dalam membela sekularisme, sementara para pencela mengatakan mereka tidak akan bepergian dengan perusahaan itu lagi.
Keyakinan Islam menetapkan bahwa para pelancong dapat menyesuaikan waktu dan lama shalat saat bepergian.
“Kami adalah korban dari kampanye hukuman mati, seolah-olah kami menghalangi orang untuk berdoa,” kata Keserci, seraya menambahkan bahwa penumpang yang bersangkutan dapat berdoa kemudian ketika bus berhenti di tempat istirahat.
Keserci mengatakan sekularisme “tidak berarti bahwa kita tidak beragama. Sekularisme juga melindungi Muslim.” (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Festival Film Berlin Tinggalkan Medsos X
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Festival Film Berlin menjadi festival film papan atas Eropa terbaru yang ...