Turki Kembali Berseteru dengan Israel Atas Serangan di Gaza
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Turki dan Israel terlibat perseteruan baru, hari Senin (22/8), atas tindakan militer Zionis di Gaza, kurang dari tiga hari setelah Ankara meratifikasi kesepakatan normalisasi hubungan dengan Tel Aviv setelah enam tahun hubungan keduanya memanas.
Pada Minggu (21/8), Israel melancarkan belasan serangan udara dan darat ke Gaza sebagai balasan atas penembakan sebuah roket dari wilayah Palestina tersebut ke Israel selatan.
Otoritas kesehatan Palestina mengungkapkan empat warga cedera akibat gempuran militer Israel setelah sebuah roket dari Gaza menghantam Kota Sderot tanpa menimbulkan korban.
Turki mengeluarkan kecaman keras atas serangan Israel ke Gaza.
“Kami mengecam keras serangan tidak pantas ini,” menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.
“Serangan ini, yang menyebabkan warga sipil Palestina tidak berdosa mengalami cedera, tidak bisa diterima dengan alasan apa pun.”
“Normalisasi hubungan negara kami dengan Israel tidak berarti kami akan tinggal diam di tengah serangan terhadap rakyat Palestina,” menurut pernyataan kementerian.
Israel kemudian membalas kecaman Turki tersebut.
“Normalisasi hubungan kami dengan Turki tidak berarti kami akan tinggal diam di tengah kecaman (Ankara) yang tidak berdasar,” menurut keterangan Kementerian Luar Negeri Israel.
“Israel akan terus mempertahankan warga sipil kami dari tembakan roket ke wilayah kami sesuai dengan hukum internasional dan kesadaran kami.”
“Turki harus berpikir dua kali sebelum mengkritik tindakan militer negara lain,” menurut pernyataan Israel.
Militer Turki pada bulan lalu berusaha menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan melalui upaya kudeta.
Pemerintah kemudian melakukan penangkapan massal terhadap para terduga simpatisan kudeta. Uni Eropa kemudian mengecam Turki melakukan pelanggaran HAM.
Turki dan Israel awalnya merupakan sekutu di kawasan itu, namun hubungan keduanya memanas pada 2010 ketika komando militer Zionis menewaskan sembilan aktivis Turki dalam penggerebekan di kapal yang hendak menembus blokade Israel terhadap Gaza.
Setelah mengalami koma selama beberapa tahun, seorang aktivis lainnya akhirnya meninggal dunia.
Turki mengusir duta besar Israel dan menghentikan semua kerja sama pertahanan pada 2011.
Setahun kemudian, Erdogan, yang kala itu menjabat sebagai perdana menteri, menyebut Israel sebagai negara teroris yang melakukan pembersihan etnis di Gaza.
Pada Juni 2016, Turki dan Israel mencapai kesepakatan normalisasi hubungan dan kabinet keamanan Israel sudah meratifikasi kesepakatan tersebut.
Parlemen Turki baru meratifikasi kesepakatan pada Jumat pekan lalu setelah tertunda akibat upaya kudeta. (AFP)
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...