Uang 20 Miliar Euro di Bandara Moskow Diduga Terkait Pencucian Uang
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM – Apakah sesungguhnya terjadi dengan banyaknya harta yang diperoleh beberapa pejabat di dunia yang masih meninggalkan harta karun tak ternilai. Contohnya, gunungan uang yang diduga nilainya kurang lebih 20 miliar euro (Rp 312 triliun) ditemukan pada Minggu (29/9). Berdasarkan dokumen yang menyertai, tercatat atas nama Saddam Hussein dan ditinggal di dekat sebuah gudang di Moskow sejak lebih kurang enam tahun silam.
Dokumen saham yang dikirim pada 2007 tersebut menunjukkan dikirim seorang pria di Iran berusia 45 tahun, alamat pengirimnya dari Frankfurt, Jerman.
Sumber lain mengklaim bahwa uang tersebut bisa jadi milik salah satu mantan pemimpin legendaris yang terbunuh di Libya, Kolonel Gaddafi.
Pemerintah Rusia hingga saat ini tidak dapat mengklaim kebenaran dari pemilik barang-barang atau dokumen tersebut dan masih melakukan upaya untuk memancing pengirim barang tersebut untuk datang, dan hasilnya tidak seorang pun puas pihak atas kerja aparat berwenang bahwa mereka adalah pihak yang berhak.
Awalnya Diduga Uang dari Saddam Hussein
Sumber yang berasal dari intelijen dan tak ingin disebutkan namanya mengatakan kemungkinan barang itu adalah uang dari Saddam Hussein, kata seorang sumber intelijen anonim dari surat kabar Moskovsky Komsomolets.
Uang dalam bentuk pecahan 100 euro diterbangkan ke Bandara Sheremetyevo di Moskow dari Frankfurt pada 7 Agustus 2007, dan dokumen tersebut dan itu tetap di tempat tersebut sejak tanggal tersebut.
Sumber Rusia mengatakan pihak berwenang telah gagal untuk mendapat identitas pemilik uang tersebut karena saat paket tersebut tiba di bandara tanpa penerima ditentukan pada kiriman.
Proses pengiriman paket yang ditujukan atas nama “Saddam Husein” tersebut dikirim empat tahun setelah Saddam Husein digulingkan dan terbunuh dari pimpinan Irak.
Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintahan Irak memindahkan sebagian besar dana yang dimiliki mantan diktator tersebut sebesar Rp 138.552.245.923.353 tersebut merupakan dana pribadi miliknya atau devisa milik negara Irak selama masa pengejaran rezim Saddam Hussein.
Kemungkinan Nama Lain
“Ada kemungkinan lain juga,” kata seorang sumber keamanan yang tidak ingin disebutkan namanya.
Tidak hanya Saddam, tetapi bagaimana dengan pemimpin lainnya Muammar Gaddafi ?
Ada sumber yang lain memberi penjelasan berbeda yakni dana yang terparkir tersebut adalah kekayaan dana mafia rusia atau pejabat Rusia yang korup dan hanya menamakan “Saddam Husein” atau “Khaddafi” hanya sebagai nama untuk menutup-nutupi nama aslinya.
Seorang pria Iran setelah mendapat temuan Intelijen ini mengklaim memiliki uang tersebut kepada intelijen Rusia, pria yang bernama Farzin Kooroorian Motlagh berusia 45 tahun asal Iran, untuk yayasan di Ukraina, Kind People.
Pemilik yayasan tersebut Alexander Shipilov (53) adalah salah satu dari sejumlah orang yang telah gagal untuk meyakinkan pihak berwenang untuk menyerahkan uang tunai tersebut kepada pihak intelijen, karena dana sejumlah itu mungkin akan membuatnya lebih kaya dari milyuner Rusia Roman Abramovich, yang saat ini memegang klub sepakbola Inggris, Chelsea.
Kind People dalam kaitannya dengan kasus surat misterius tersebut dilaporkan telah menawarkan biaya dua miliar euro (Rp.25 triliun) kepada pengacara untuk memenangkan kasus ini, namun para ahli hukum Moskow tidak menunjukkan keinginan untuk menerimanya.
Vadim Lyalin, seorang ahli di Bea Cukai mengatakan ada sesuatu yang aneh karena pengirim paket atau dokumen tersebut tidak merinci alamat lengkap.
“Aneh, pengirim tidak merinci alamat penerima. Ini agak aneh, karena menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan uang tunai itu, apalagi biasanya seorang pengirim atau penerima akan mengklaim kargo dari awal paket tersebut dikirimkan. Masih belum jelas siapa sebenarnya melakukannya,” kata Vadim.
Vadim melanjutkan bahwa ada rencana di balik itu.
“Mungkin, ada rencana pasti bagaimana uang ini seharusnya menyeberangi perbatasan Rusia karena tidak ada seorang pun dengan akal akan mengirim uang tersebut ke posisi tertentu,” lanjut Vadim.
Praktik Pencucian Uang
Vadim menyimpulkan bahwa ini semacam praktik pencucian uang gelap yang terjadi antarnegara.
Pemerintah Rusia sejauh ini tidak menyita uang tersebut, dan Vadim mengatakan bahwa tidak ada alasan yang layak untuk merebutnya.
Vadim mengatakan apabila kasus ini berlarut-larut yakni maka bea cukai harus berkoordinasi bersama intelijen antar Uni Eropa guna menuntut pemilik kargo tersebut agar muncul secara pribadi, apalagi untuk memastikan bahwa nama tersebut asli atau fiktif.
Nama Motlagh alias Farzin Ali Karoryan Mutlaq yang pada 2010 dituduh sebagai aktor utama pencurian Rp 7 triliun dari Bank Sentral Abu Dhabi menggunakan dokumen palsu diperkirakan menggunakan motif serupa, yakni memindahkan sejumlah uang dari Jerman ke Rusia, masih belum muncul di Moskow untuk mengklaim uangnya.
Dia dilaporkan telah menghindari pengadilan di Uni Emirat Arab dengan melarikan diri ke Iran.
Tidak jelas apakah ada hubungan antara Abu Dhabi dan kasus Moskow dalam kasus ini, tetapi dalam setiap peristiwa Rusia telah menolak upaya untuk menggunakan perantara untuk mengklaim uang tunai.
Salah satu sumber yang akrab dengan situasi mengatakan bahwa tidak hanya Motlagh saja, tetapi beberapa kelompok telah berusaha untuk mengklaim uang tunai tersebut tetapi beberapa kelompok lainnya demikian. “Mereka termasuk penjahat, seperti kelompok Chechnya, dan gangster Ukraina,” kata sumber itu.
Dalam masalah ini, intelijen Rusia menduga kuat bahwa nama Motlagh adalah pria depan yang diduga kuat di balik keberadaan dokumen dan uang tersebut dengan mengatasnamakan nama dua diktator, Ghaddafi dan Saddam Hussein. (dailymail.co.uk)
Editor : Bayu Probo
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...