UE: Yerusalem Harus Menjadi Ibu Kota Dua Negara
GAZA, SATUHARAPAN.COM - Kepala urusan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini Sabtu (8/11) menyerukan pembentukan negara Palestina, dengan menyatakan dunia "tidak dapat membiarkan" perang lagi di Gaza. Dia juga menyatakan bahwa Yerusalem harus menjadi ibu kota dua negara.
"Kami memerlukan satu negara Palestina, itu tujuan akhir dan ini sikap dari semua Uni Eropa," kata Mogherini dalam kunjungannya ke Gaza, yang mengalami kerusakan berat dalam konflik ketiganya dalam enam tahun.
Hamas yang berkuasa di Gaza dan Israel bertempur selama 50 hari Juli dan Agustus yang menyebabkan 2.140 orang Palestina dan lebih 70 orang Israel meninggal.
Kunjungan Mogherini terjadi manakala ketegangan Israel-Palestina memuncak di Yerusalem Timur yang dicaplok tempat bentrok-bentrok hampir tiap hari terjadi di kawasan-kawasan di dekatnya.
Ia berharap Gaza akan terhindar dari konflik besar lagi.
"Tidak hanya warga Gaza yang tidak mengehendaki perang, seluruh dunia tak menghendaki ini," kata dia.
"Kita tidak dapat hanya duduk dan menunggu. Jika kita duduk dan menunggu ini akan berlanjut selama 40 tahun lagi. Kita harus bertindak sekarang," kata Mogherini, mantan menteri luar negeri Itali yang baru-baru ini menggantikan Catherine Ashton sebagai diplomat tertinggi Uni Eropa.
Pihak Palestina berjuang mendirikan negara di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
Swedia bulan lalu menjadi anggota pertama EU di Eropa Barat secara resmi mengakui negara Palestina.
Ditanya apakah EU mungkin melakukan hal sama, Mogherini mengatakan bahwa langkah seperti itu "bukan termasuk di antara kompetensi" dari blok yang beranggota 28 negara itu. (AFP)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...