UGM Siap Jadi Pelopor Kampus Swakelola Sampah
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Ir Bambang Suhartanto, DEA, berharap setidaknya 70 persen dari keseluruhan sampah di lingkungan UGM, tidak hanya sampah organik tapi juga sampah nonorganik, dapat dikelola di PIAT.
Bambang Suhartanto mengemukakan hal itu dalam Focus Group Discussion “Menuju UGM sebagai Pelopor Kampus Swakelola Sampah” pada 4 Februari lalu, dengan mendasari pertimbangan UGM sejak 2011 telah memiliki fasilitas pengolahan sampah organik yang dapat menghasilkan pupuk kompos. Fasilitas yang berkapasitas hingga 30 ton itu selama ini hanya dipakai untuk mengolah 5-10 ton sampah organik.
Fasilitas itu berada di bawah pengelolaan Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4), sebelum kemudian berganti menjadi PIAT.
Melalui aktivitas itu, sampah-sampah di lingkungan kampus UGM akan dapat dikelola maksimal. Selama ini, di berbagai sudut tempat di lingkungan UGM, dapat ditemukan depo-depo pembuangan sampah yang dibangun sebagai tempat penampungan sampah dari fakultas dan berbagai unit sebelum dibawa menuju tempat pembuangan atau pengolahan sampah. Namun, depo itu belum dimanfaatkan dengan baik. Banyak sampah yang hanya ditumpuk di luar depo.
Sampah yang berasal dari lingkungan UGM mencakup beberapa jenis sampah, mulai dari sampah rumah tangga, sampah organik, hingga sampah laboratorium. Untuk itu, Bambang menekankan perlunya revitalisasi fasilitas Laboratorium Daur Ulang Sampah di PIAT itu untuk pengolahan sampah yang lebih terpadu dan komprehensif. Dia berharap sampah-sampah nonorganik seperti plastik yang jumlahnya cukup banyak dapat didaur ulang, bukan hanya dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Menurut Kepala Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah PIAT, Chandra Wahyu Purnomo, ST, MEng, DEng, salah satu kendala yang dihadapi selama ini adalah peralatan yang tidak bekerja secara optimal. Peralatan yang ada masih terbatas dan kurang efektif. Teknologi sampah, menurut pendapatnya, seharusnya dapat didesain dengan matang serta membutuhkan kajian dan penelitian yang intensif dan berkelanjutan.
Dalam diskusi yang juga dihadiri peneliti dari berbagai pusat studi serta perwakilan direktorat dan departemen di lingkungan UGM itu, para ahli akan bersama-sama merumuskan master plan pengelolaan sampah serta Road Map untuk mewujudkan sistem pengelolaan sampah secara mandiri dan berwawasan lingkungan, sehingga dapat menjadi contoh bagi pengelolaan sampah di tempat-tempat lain.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof Dr Suratman berharap diskusi itu bukan hanya membawa UGM sebagai pelopor bagi kampus dengan swakelola sampah, tetapi juga sebagai pelopor dalam pengelolaan sampah nasional. (ugm.ac.id)
Editor : Sotyati
Warga Peringati Dua Dekade Tsunami di Aceh Yang Menewaskan R...
BANDA ACEH, SATUHARAPAN.COM-Dua dekade setelah tsunami dahsyat menghancurkan desanya, Tria Asnani ma...