Uji Klinis Memberi Harapan Bagi Penemuan Vaksi Malaria
MARYLAND, SATUHARAPAN.COM. – Para peneliti telah melakukan uji klinis tahap awal terhadap vaksin malaria, dan hasilnya menunjukkan sesuatu yang menjanjikan untuk mengasilkan vasin yang mencegah penyakit malaria yang disebabkan oleh nyamuk.
Para peneliti menemukan vaksin yang sedang dikembangkan di Amerika Serikat. Sebanyak 12 dari 15 pasien terlindungi dari penyakit malaria setelah mereka mendapatkan vaksin dalam dosis tinggi.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) menyebutkan bahwa data terbaru menunjukkan ada 219 juta kasus malaria pada tahun 2010 di seluruh dunia. Di antara kasus itu diperkirakan 660,000 orang meninggal karena parasit yang disebarkan melalui gigitan nyamuk ini. Dan Afrika disebutkan sebagai benua dengan kasus malaria tertinggi.
Parasit Lemah
Metode yang dilakukan disebutkan tidak biasa karena melibatkan menyuntikkan parasit penyebab malaria yang hidup tapi dalam kondisi lemah, langsung kepada pasien untuk memicu imunitas.
Hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Science dengan penulis utama Dr Robert Seder, dari Pusat Penelitian Vaksin di National Institutes of Health, di Maryland. Dia mengatakan, "Kami sangat senang dan gembira dengan hasilnya, tetapi penting bagi kami untuk mengulanginya, memperpanjang dan melakukannya dalam jumlah yang lebih besar."
Banyak Gigitan
Telah lama dikenal dalam beberapa dekade bahwa serangan gigitan nyamuk dapat dicegah dengan radiasi terhadap nyamuk untuk mencegah penyakit malarian. Namun, para penelitian telah menunjukkan bahwa dibutuhkan lebih dari 1.000 gigitan dari waktu ke waktu untuk membangun imunitas tingkat tinggi imunitas, sehingga metode ini tidak praktis untuk perlindungan secara luas.
Sebaliknya, sebuah perusahaan bioteknologi di Amerika Serikat, Sanaria, telah menguji di laboratorium untuk membiakkan nyamuk yang diiradiasi, kemudian mengambil parasit penyebab malaria (Plasmodium falciparum), dan semua di bawah kondisi steril.
Parasit hidup namun lemah itu kemudian dihitung dan ditempatkan dalam botol, di mana mereka kemudian dapat disuntikkan langsung ke dalam aliran darah pasien. Kandidat vaksin itu disebut PfSPZ.
Untuk melaksanakan uji klinis tahap 1, para peneliti mengamati satu kelompok relawan beranggota 57 orang. Tidak ada satupun yang pernah menderita malaria sebelumnya.
Dari jumlah tersebut, 40 relawan menerima vaksi dengan dosis berbeda, sedangkan 17 orang lainnya tidak. Mereka semua terkena gigitan nyamuk pembawa malaria.
Para peneliti menemukan bahwa untuk para relawan yang tidak diberikan vaksin apapun, dan mereka yang mendapatkan vaksi dosis rendah, hampir semuanya terinfeksi malaria.
Namun untuk kelompok kecil yang diberi vaksin dosis tinggi, hanya tiga dari 15 pasien terinfeksi setelah terpapar malaria.
Dr. Robert Seder mengatakan, "Berdasarkan sejarah, kita tahu dosis adalah penting, karena Anda membutuhkan 1.000 gigitan nyamuk untuk mendapatkan perlindungan. Hal ini memungkinkan kita dalam studi masa depan untuk meningkatkan dosis dan mengubah jadwal vaksin untuk hasil yang lebih optimal. Pertanyaan penting berikutnya adalah: apakah vaksin tahan lama, dan dalam jangka panjang dapat melindungi terhadap parasit malarian strain lainnya?"
Tahap Sangat Awal
Dia menambahkan, fakta bahwa vaksin harus disuntikkan ke dalam aliran darah dan bukanya di bawah kulit membuat hal ini lebih sulit.
Mengomentari hasil penelitian itu, Dr. Ashley Birkett dari Path Malaria Vaccine Initiative, mengatakan, "Uji coba yang mereka lakukan jelah pada tahap yang sangat awal, dan pada sejumlah kecil sukarelawan. Tetapi tanpa perlu ditanyakan, kami sangat terdorong oleh hasil penelitian itu."
Dia menambahkan bahwa kandidat vaksin terbaru yang ditargetkan adalah bagian dari parasit P.falciparum daripada seluruh organisme. Sementara ada banyak parasit yang berbeda yang menjadi target vaksi itu.
Di seluruh dunia, saat ini diperkirakan ada sekitar 20 kandidat vaksin malaria yang berada dalam tahap uji klinis. Yang paling canggih disebut sebagai RTS, S/AS01, yang telah dikembangkan oleh sebuah perusahaan farmasi GlaxoSmithKline. Percobaan telah memasuki tahap ketiga uji klinis yang melibatkan 15.000 anak di Afrika.(bbc.co.uk dan berbagai sumber)
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...