Ukraina Tuduh Rusia Lakukan "Invasi Langsung"
WINA, SATUHARAPAN.COM - Duta Besar Ukraina untuk Organisasi Keamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE), menuduh Rusia melakukan "invasi langsung", tetapi utusan Moskow membantah laporan-laporan bahwa pasukannya aktif di timur negara yang dilanda konflik itu.
"Kami mencatat invasi langsung oleh militer Rusia ke timur wilayah Ukraina," kata utusan Kiev, Ihor Prokopchuk, kepada wartawan, setelah pertemuan khusus badan keamanan Eropa itu untuk membahas perkembangan terbaru di Ukraina Kamis (28/8).
"Situasi telah sangat memburuk," katanya dalam bahasa Inggris, mengutip penangkapan "oleh pasukan reguler Rusia" atas kota penting tenggara Novoazovsk dan beberapa kota sekitar lainnya.
Dia menggambarkan langkah terbaru Rusia, sebagai pengulangan strategi di Semenanjung Crimea yang dicaplok Moskow dari Ukraina pada Maret, setelah awalnya menyangkal pasukannya berada di sana.
"Ini adalah skenario yang sama yang dimainkan sekarang di bagian timur Ukraina. Skenario diuji di Crimea dan apa yang kita saksikan hari ini, adalah invasi dan langsung masuk pasukan Rusia ke bagian timur Ukraina."
Duta Besar Rusia untuk OSCE, Andrey Kelin, menegaskan bahwa tak ada personil militer Rusia yang aktif menyeberangi perbatasan ke negara bekas Soviet itu.
"Tidak ada tentara Rusia" di Ukraina timur, katanya.
"Hanya ada satu unit tentara Rusia karena mereka tidak sengaja menyeberangi perbatasan beberapa hari lalu," katanya, mengacu pada 10 tentara terjun payung yang Kiev katakan telah ditangkap pada Selasa (26/8).
NATO: Lebih 1.000 Tentara Rusia di Ukraina
Sementara itu, Seorang pejabat senior NATO, Kamis (28/8) mengatakan, bahwa "lebih dari seribu" tentara Rusia kini sedang beroperasi di Ukraina.
"Mereka mendukung separatis, berkelahi dengan mereka dan berjuang di antara mereka," kata pejabat yang tak bersedia disebut namanya itu, dan menambahkan bahwa pasokan senjata oleh Rusia telah meningkat baik dalam "volume maupun kualitas".
Pejabat, yang berbicara kepada wartawan menjelang pertemuan puncak NATO pekan depan di Inggris, mengatakan situasi dibuat bahkan lebih mengkhawatirkan karena rute penting antara Donetsk dan Novoazovsk, di Laut Azov dekat dengan perbatasan Rusia, telah dipotong oleh pasukan pro-Kremlin. "Garis pasokan juga dipotong" untuk tentara Ukraina, katanya.
Pejabat itu memperingatkan, peristiwa terbaru di Ukraina "telah membuat jelas bahwa paradigma keamanan di Eropa telah berubah secara mendasar" dalam menghadapi "Rusia yang sangat agresif".
Dia mengatakan, beberapa pekan terakhir telah melihat "kebangkitan nyata dalam kegiatan Rusia" di wilayah titik-api itu, termasuk pasokan senjata, amunisi, pelatihan pasukan khusus, intelijen dan dukungan logistik.
"Semua ini telah sistematis ditolak, dan menambahkan kebingungan," katanya.
Laporan-laporan oleh NATO ini, muncul sepekan sebelum pertemuan puncak aliansi di Cardiff, di mana tindakan yang mungkin melawan Rusia atas krisis di Ukraina akan menjadi agenda utama.
Duta Besar Ukraina untuk Uni Eropa, pada Kamis (28/8) menyerukan, bantuan militer Barat dalam "skala besar" saat muncul laporan-laporan tentara Rusia telah membantu membuka front baru di Ukraina tenggara.
Para pemimpin Uni Eropa, akan membahas perkembangan itu pada pertemuan puncak Sabtu(30/8), terutama mengenai tugas utama Uni Eropa.
Segera sebelum temu puncak, Presiden Ukraina Petro Poroshenko akan bertemu dengan Kepala Komisi Eropa Jose Manuel Barroso di Brussels, serta Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy. (AFP/Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...