Ulama Al Muhajirun Akui ISIS Menyamar Jadi Pengungsi ke Eropa
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Dalam sebuah wawancara pada hari Selasa (15/9) kepada situs berita wnd.com, ulama Muslim dari Inggris, Anjem Choudary, menyatakan ISIS "pasti" memanfaatkan krisis migran yang mengguncang Eropa dan menggunakan pengungsi Suriah sebagai kedok untuk memasukkan jihadis ke Barat.
"Tidak diragukan lagi ini akan dilihat sebagai salah satu jalan yang oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) digunakan untuk membawa orang-orang mereka dalam posisi menghadapi apa yang mereka lihat sebagai musuh dan memimpin kampanye melawan mereka," kata Choudary.
"Jadi saya pikir ini adalah kemungkinan yang sangat nyata," lanjutnya. "Ini mungkin sudah terjadi. Seberapa luas hal itu terjadi, sangat sulit untuk mengetahui sebelum ada manifestasi."
Choudary adalah pendiri organisasi terlarang Al Muhajirun yang pro-al-Qaida di Inggris. Dia berbicara kepada WND tujuh hari setelah dibebaskan dari penjara dan sedang menunggu sidang pengadilan di Inggris karena diduga mendorong orang mendukung ISIS.
Choudary ditanya apakah ia berpikir masuknya pengungsi Suriah akan membantu untuk menyebarkan Islam di seluruh Eropa.
Dalam "House of War: Islam's Jihad Against the World," GM Davis mengungkapkan bahwa agama (Islam) dengan pertumbuhan tercepat di dunia secara ekspansif menimbulkan ancaman eksistensial untuk Peradaban Barat. Hanya saja, menurut dia, fakta ini diabaikan oleh para pemimpin Barat.
"Secara demografis, kami adalah komunitas yang paling cepat berkembang, dan ini (pengungsi) saya pikir hanya akan menambah saja, menambah dampak Islam dan Muslim di Eropa dan di Barat," jawabnya. "Bahkan tanpa krisis, Islam adalah ideologi yang paling cepat berkembang di Eropa dan di Amerika. Banyak orang yang memeluk Islam."
Choudary mengatakan bahwa menurut pemberitaan media, "banyak dari orang-orang yang bermigrasi itu adalah pemeluk Islam"
"Tidak diragukan lagi ada banyak dari yang datang adalah Muslim yang ingin menetap," katanya. "Dan tentu saja kami membawa ideologi kami bersama kami."
Menurut Dewan Hak Asasi Manusia PBB, 83 persen dari migran yang ditanyai saat memasuki Eropa adalah pria Sunni Arab, dan 71 persen di antaranya adalah berusia antara 18 dan 35.
Pada hari Selasa (15/9), Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan KTT Uni Eropa khusus untuk mengkoordinasikan respon Eropa terhadap ratusan ribu yang mencari suaka di tengah perlawanan sengit dari negara-negara bekas komunis.
Menteri dalam negeri Jerman, Thomas de Maiziere, memperkirakan 800.000 pengungsi akan tiba di negaranya tahun ini saja. Diperkirakan jumlah itu akan bertambah menjadi setidaknya 1 juta.
"Saya pikir (gelombang pengungsi) akan semakin buruk sebelum melambat," kata Choudary kepada WND. "Dan alasan utama untuk itu adalah karena meluasnya pengaruh ISIS serta rencana negara-negara seperti Inggris dan Amerika dan lain-lain menghadapinya."
"Jelas, semakin banyak konfrontasi militer yang Anda lakukan, semakin banyak krisis pengungsi dan semakin besar dampaknya ke tempat-tempat seperti Eropa dan tempat-tempat di mana mereka dapat mencari perlindungan."
Pekan lalu, sebuah operator ISIS berbicara secara anonim kepada BuzzFeed yang mengklaim ISIS telah menyelundupkan lebih dari 4.000 anggotanya ke negara-negara Barat di bawah tameng pencari suaka.
Awal pekan ini, seorang menteri pemerintah Lebanon mengklaim 1 dari 50 pengungsi Suriah yang menuju Eropa bisa jadi adalah anggota ISIS. Menteri Pendidikan Lebanon, Elias Bou Saab, mengatakan angka itu tidak berdasarkan data yang dikumpulkan tetapi pada "firasat" tentang apa yang terjadi.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...