Umat Katolik Hungaria Desak Gereja Tak Membisu Soal Pengungsi
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM - Umat Katolik mengedarkan sebuah petisi yang juga ditandatangani oleh anggota denominasi lain, mendesak gereja-gereja di negara itu berhenti “menutup mata mereka” terhadap nasib pengungsi.
“Kami menyadari krisis pengungsi telah menjadi topik utama politik sehari-hari di Hungaria saat ini, dan bahwa para pemimpin gereja-gereja menyatakan mereka tidak ingin terlibat dalam perselisihan politik,” kata petisi yang ditandatangani oleh lebih dari 540 tokoh terkemuka, dilansir dari catholicphilly.com
“Namun, gereja Kristus tidak memiliki dasar untuk diam dalam menghadapi pelanggaran hukum, pelanggaran hak asasi manusia dan kekerasan. Kami mengandalkan keutamaan agama untuk memimpin rekonsiliasi dan perdamaian masyarakat.”
“Orang-orang Kristen merasakan berkembangnya xenophobia di negara kita seiring dengan berubahnya hukum dan sikap masyarakat,” kata petisi berisi 500 kata itu.
Dikatakan, UU Suaka Hungaria yang baru, yang mulai berlaku tanggal 28 Maret, mengizinkan pengungsi, termasuk anak-anak tanpa pendamping, digiring ke wilayah transit di perbatasan Serbia.
Petisi itu menambahkan bahwa ada “banyak kesaksian” pelecehan dan kekejaman di dalam zona tertutup, termasuk pemukulan oleh polisi, serangan anjing, merusak ponsel, penyitaan uang dan tidak diberi pakaian hangat, Petisi itu mengatakan orang Kristen “sangat prihatin” dengan kebisuan gereja.
“Hungaria memperlakukan orang-orang ini sebagai teroris Muslim potensial, meskipun sebagian besar dari mereka melarikan diri dari kekerasan ekstremis Islam,” kata petisi.
“Kita tidak bisa mengklaim untuk melindungi iman Kristen kita dengan menolak pengungsi. Juga kita tidak dapat mengaku membela gereja dengan menutup mata kita atas kekejaman dan memungkinkan rasa takut untuk mengendalikan tindakan kita.”
Pemerintah Hungaria telah banyak dikritik karena menggunakan pagar tajam dan polisi bersenjata untuk membatasi aliran masuk pengungsi Timur Tengah ke negara itu. Hungaria hanya memberikan suaka kepada 425 dari lebih dari 29.000 pencari suaka pada tahun 2016, menurut data pemerintah.
Konferensi Waligereja Hungaria tidak menyebut krisis pengungsi dalam sebuah pernyataan seusai rapat pleno mereka di bulan Maret dan tidak membuat pernyataan tentang UU Suaka yang baru. Hal ini telah mendatangkan protes dari kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Petisi itu mendesak para pemimpin gereja untuk berbicara secara terbuka untuk prosedur yang lebih manusiawi dan untuk penyediaan bantuan medis dan hukum bagi pengungsi yang ditahan.
Barbara Csapody, seorang Katolik yang menyiapkan petisi itu dan memiliki komunitas Taize di Hungaria, mengatakan gereja telah mengabaikan sebuah petisi di bulan September yang mendesak belas kasihan bagi pengungsi.
Seorang Katolik Budapest, Danel Antal, mengatakan dalam sebuah pernyataan ketika membubuhkan tanda tangannya dalam petisi, “sulit untuk mengidentifikasi diri dengan gereja yang lupa misinya.” Ia menambahkan bahwa akan sulit untuk “mendengarkan gereja-gereja Kristen Hungaria” karena “mereka diam saja terhadap kebiadaban."
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...