UNESCO: NIIS Jual Peninggalan Budaya Irak di Pasar Gelap
Penjarahan dan penjualan melibatkan mafia; Direktur UNESCO: NIIS Lakukan Pembersiahan Budaya
PARIS, SATUHARAPAN.COM – Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan, UNESCO, memperingatkan bahwa kelompok jihadis Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) di Irak telah menghancurkan banyak situs warisan kuno dan terjadi penjarahan artefak berharga yang dijual di pasar gelap.
Hal itu diungkapkan para ahli UNESCO (United Nations Educational, Scientific, Cultural Organization) di Paris, Prancis, Senin (29/9).
Kelompok ekstremis NIIS telah menghancurkan kuil, gereja dan manuskrip berharga di Mosul, Tikrit dan daerah lain di Irak. Mereka mengambil benda-benda dari penggalian situs untuk dijual ke luar negeri. Kepala UNESCO, Irina Bokova, mengambarkan tindakan NIIS itu sebagai "pembersihan budaya".
Pada bulan Juli, misalnya, NIIS menhancurkan makam Nabi Yunus di kota Mosul, situs yang dihormati oleh warga Muslim dan Kristen. Mereka meledakan situs itu. NIIS yang dikenal sebagai kelompok radikal yang mendukung interpretasi brutal dan ketat atas hukum Islam, menganggap sembahyang di makam sama saja dengan penyembahan berhala.
"Ada ledakan yang menghancurkan bangunan yang didirikan pada era Asyur," kata Direktur Museum Baghdad, Qais Rashid. Dia mengacu pada bangunan yang didirikan pada masa kerajaan kuno.
"Lempengan batu Asyur dicuri dan tiba-tiba ditemukan di kota-kota di Eropa," kata dia menambahkan. Dia memperingatkan bahwa penjualan artefak tersebut telah digunakan untuk "membiayai aksi terorisme".
Melibatkan Mafia
"Ada mafia internasional ... yang menginformasikan bahwa apa yang bisa dijual oleh Daesh," katanya, mengacu pada nama lain untuk NIIS.
Rashid mengakui bahwa belum bisa melakukan apa pun untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan penjarahan di wilayah yang dikuasai NIIS. "Kami harus menunggu dan melakukan segalanya untuk merebutnya kembali," katanya.
Pemerintah Irak belum mengumpulkan daftar rinci warisan kuno yang telah hancur atau dijarah. Rashid memberi beberapa contoh kejadian terbaru. "Museum Mosul, yang merupakan museum terpenting kedua di Irak, diserang oleh Daesh dan mereka juga menyerang staf museum," katanya.
Dalam insiden lain, "Daesh mengumpulkan lebih dari 1.500 manuskrip dari biara dan tempat-tempat suci lainnya dan membakar semua itu di tengah-tengah lapangan kota," tambahnya.
Bokova mengatakan bahwa pihaknya telah memberitahu semua negara anggota UNESCO, "serta museum utama di seluruh dunia dan pasar seni, Interpol, Organisasi Kepabeanan Dunia ... dan menyerukan kewaspadaan tertinggi atas benda yang bisa masuk dari penjarahan warisan kuno dari Irak."
Dia menambahkan bahwa UNESCO telah menyerahkan koordinat geografis semua situs warisan utama ke negara-negara yang terlibat dalam serangan udara Irak untuk melawan NIIS, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
UNESCO menyebutkan bahwa para jihadis juga telah melakukan tindakan kejam secara luas terhadap penduduk setempat. Para ahli mengakui bahwa peringatan tentang situs warisan kuno itu ketika orang-orang tengah sekarat, memang bisa menimbulkan pertanyaan.
"Ketika orang meninggal dalam jumlah puluhan ribu, harus kita khawatir tentang pembersihan budaya?" tanya Philippe Lalliot, duta Prancis untuk UNESCO.
"Ya, pasti ya .... Itu karena budaya merupakan insentif yang kuat untuk dialog, dan kelompok yang paling ekstrim dan kelompok yang paling fanatik tengah berusaha untuk memusnahkannya." (AFP)
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...