UNESCO Prihatin pada banyaknya Pembunuhan Terhadap Jurnalis
MANADO, SATUHARAPAN.COM - Pembunuhan terhadap ratusan wartawan dalam waktu 10 tahun terakhir menjadi perhatian UNESCO (United Nations Edukational, Scientific and Culture Orgazation). Salah satu badan PBB ini prihatin atas aksi kekerasan terhadap pers, apalagi tahun 2012 sebanyak 121 wartawan dibunuh dikarenakan pemberitaannya. Atas dasar keprihatinan itu, tahun lalu dinyatakan sebagai tahun kekerasan bagi kaum jurnalis.
Fakta itu membuat UNESCO mengkampanyekan kebebasan berekspresi, keselamatan wartawan, dan memperjuangkan perlawanan impunitas bagi semua pelaku kekerasan pada awak media. “UNESCO memberi dukungan pada setiap orang yang memiliki suara dan setiap orang harus memiliki kebebasan menyampaikan pendapat dengan aman,” tegas Wakil Unesco Prof. Hurbert Gizjen dalam acara Asia Media Summit (AMS) ke-10 di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (30/5).
Hubert Gizjen mengungkapkan, angka pembunuhan tersebut bukan saja terhadap wartawan tapi juga termasuk para bloggers yang kini menjadi salah satu media informasi di dunia maya.
“Pihak aparat keamanan harus serius mengungkap tindak kekerasan ini. Dirjen UNESCO mengutuk para pembunuh kaum jurnalis. Sebab faktanya sebanyak 245 wartawan menjadi korban, tapi organisasi itu hanya menerima informasi 101 kasus. Yang menyedihkan, hanya sembilan pelaku kasus pembunuhan wartawan yang berhasil ditangkap, dan divonis bersalah,” papar Hubert.
Unesco memberikan selamat atas peringatan 10 tahun Asia Media Summit di mana anggotanya merupakan perusahaan media penyiaran global seperti CCTV, France 24, Radiodays Europe, RRI dan TVRI, RTM Malaysia. "Tahun ini merupakan tahun peringatan 10 tahun AMS, dan tahun ini juga merupakan hari kebebasan pers dunia yang ke-20," katanya seraya menambahkan, banyak kemajuan yang dicapai oleh AMS dan juga AIBD (Asia Pacific Institute for Broadcasting Development).
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...