Uni Afrika Beri Dukungan Tedros dari Kritikan
CAVE TOWN, SATUHARAPAN.COM-Sejumlah pemimpin Afrika memberikan dukungan pada kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus yang berasal dari Ethiopia, negara di Afrika Utara. Ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengkritik badan PBB itu dan mengancam akan menahan kontribusi negaranya terhadap anggaran WHO.
Trump pada hari Selasa (7/4) menuduh WHO terlalu fokus pada China (sangat China sentris) dan mengeluarkan nasihat yang buruk tentang pandemi COVID-19.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, yang memimpin Uni Afrika (Afrikan Union / AU), mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Rabu (8/4) malam bahwa Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, telah menunjukkan "kepemimpinan luar biasa... dari tahap paling awal dari krisis kesehatan global yang belum pernah terjadi sebelumnya ini."
"AU menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bergandengan tangan untuk mendukung upaya DG (Direktor General-red.) dan seluruh entitas WHO saat mereka memimpin upaya global untuk memerangi pandemi ini," tambah Ramaphosa. "Jika ada waktu untuk persatuan global, solidaritas dan kerja sama, ini saatnya."
Dukungan Rwanda
Sementara Presiden Rwanda, Paul Kagame mengatakan kepala WHO "memiliki kepercayaan dan dukungan penuh dari Afrika." Sedangkan Ketua Komisi AU, Moussa Faki, mendesak para pemimpin untuk fokus pada memerangi COVID-19 dan dia mengatakan waktu untuk pertanggungjawaban akan datang kemudian.
Tedros, mantan menteri luar negeri dan menteri kesehatan Ethiopia, telah menolak pernyataan Trump bahwa WHO "China-sentris" dalam upayanya untuk menahan penyebaran virus corona baru.
"Kami dekat dengan setiap negara, kami buta warna," katanya pada hari Rabu (8/4), menambahkan bahwa WHO telah "membuat dunia mendapat informasi tentang data, informasi, dan bukti terbaru."
Sedangkan China mengatakan bahwa Tedros telah memainkan peran penting dalam mempromosikan kerja sama internasional untuk memerangi pandemi, yang telah menginfeksi lebih dari 1,47 juta orang dan menewaskan lebih dari 87.000, menurut penghitungan terbaru.
Afrika menyumbang sebagian kecil dari kasus global penyakit ini, tetapi negaranya merasakan dampak ekonomi yang diperkirakan akan mengalami kontraksi, menempatkan sekitar 20 juta pekerjaan di kawasan itu menghadapi risiko.
"Jendela untuk penularan virus di tingkat subnasional dan nasional ditutup di banyak negara," kata Tedros kepada para diplomat di Jenewa, hari Kamis (9/4). "Jumlah kasus terinfeksi di Afrika relatif kecil sekarang, tetapi mereka tumbuh cepat." (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...