UNICEF Cemaskan Pendidikan Anak di Ekuador
QUITO, SATUHARAPAN.COM – Duta Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa yang mengurusi Pendidikan dan Anak-anak (UNICEF) di Ekuador, Grant Leaity, mengatakan lembaga itu mencemaskan gempa yang terjadi di Ekuador beberapa pekan silam akan berimbas pada kelangsungan pendidikan hampir lebih dari 120.000 anak-anak di negara Amerika Selatan tersebut.
“Pendidikan adalah kelangsungan hidup bagi anak-anak. Adanya gempa ini membuat 120.000 anak akan hidup dalam trauma, kekacauan, dan kehancuran," kata Leaity seperti dia kemukakan di Huffington Post hari Kamis (28/4).
Leaity mengemukakan tidak hanya peran UNICEF yang penting dalam pendidikan ratusan ribu anak-anak yang mengalami stagnasi dalam proses pendidikan, saat ini dia masih menanti uluran tangan dari ratusan ribu lembaga pendidikan yang bersedia melakukan kerja penting dalam proses penanganan secara psikologis.
Leaity menyebutkan penanganan dalam pendidikan bisa dilakukan dengan mengkoordinasikan bersama Pemerintah Ekuador, namun dia mengaku lebih membutuhkan banyak konselor (penasihat) pendidikan.
Untuk membantu pendidikan untuk anak-anak yang membutuhkan, papar Leaity, UNICEF memasang 50 ruang belajar sementara dan akan mendistribusikan 700 buku tulis.
Leaity menghaturkan terima kasih kepada lembaga swadaya masyarakat berskala internasional, Plan International, yang membangun ruang ramah anak dan berbagai pusat belajar sementara, tempat anak-anak bisa mendapatkan kemiripan rutinitas normal yang biasa mereka jalani di sekolah.
“Plan International juga menyediakan berbagai sarana terbuka untuk orang tua untuk mendapatkan pelatihan tentang kesehatan, kebersihan, sanitasi, dan keselamatan,” Leaity menjelaskan.
Direktur Plan International wilayah Ekuador, Rossana Viteri, mengemukakan anak-anak akan menjadi generasi penerus dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDG) sehingga mereka yang paling terdampak dari bencana ini harus segera dibantu. “Kami sangat peduli terhadap anak-anak. Kami tidak ingin mereka menjadi stres dan depresi. Mereka membutuhkan lingkungan keluarga dan pendidikan yang aman dan nyaman,” kata Rossana seperti dia kemukakan kepada Huffington Post.
Leaity menjelaskan selain kehilangan waktu untuk belajar, anak-anak di Ekuador berisiko tinggi tertular penyakit serius. Menurut UNICEF, setidaknya 150.000 anak-anak terkena dampak kesehatan. Leaity mengemukakan penyakit yang berpotensi mengancam keselamatan anak-anak yang tinggal di daerah pesisir seperti kota Manta, Portoviejo, dan Provinsi Esmeraldas antara lain virus Zika, demam berdarah, malaria, dan chikungunya. “Kami berpacu dengan waktu untuk melindungi anak-anak dari berbagai penyakit dan risiko lainnya,” kata dia.
Ekuador diguncang gempa 7,8 skala richter yang menghancurkan berbagai kota pada Sabtu (16/4). Sejak gempa yang terjadi dua pekan silam tersebut setidaknya lebih dari 800 gempa susulan telah terdeteksi di negara itu yang merenggut nyawa 766 jiwa.
Bencana Bertubi-tubi
Dalam situasi terbaru, seperti dilansir situs berita Spanyol, Tele Sur pada hari Kamis (28/4), Ekuador berada dalam penderitaan yang semakin bertubi-tubi sebab setelah terdampak gempa, negara tersebut tertimpa musibah banjir kiriman dari negara tetangga, Uruguay.
Tele Sur menjelaskan banjir tersebut merupakan dampak dari fenomena cuaca El Nino. Sungai Damas dan Toachi yang terletak di Kota Santo Domingo (Ekuador) meluap dan menyebbakan banjir yang menyebabkan sekitar 25 tanah longsor di daerah itu setelah hujan deras melanda wilayah tersebut.
Selain itu hujan badai hari Rabu (27/4) yang menghantam Kota Alluriquin, sekitar 200 kilometer ke barat dari Quito, menghambat operasi penyelamatan.
Administrator Petugas Daerah Alluriquin, Edgar Rivadeneira, mengemukakan setidaknya terdapat 80 tempat tinggal rusak akibat tanah longsor, sementara puluhan mobil dan bus tidak dapat menyelesaikan perjalanan karena terendam lumpur. “Pemerintah daerah telah menyiapkan personel yang diperlukan untuk mengoperasikan penyelamatan korban jiwa,” kata Edgar.
Sementara itu, Sistem Darurat Nasional Uruguay melaporkan awal pekan ini bahwa 11.943 warga Uruguay telah mengungsi setelah hujan lebat dan banjir melanda negeri selama 11 hari terakhir.
Sebanyak 16 dari 19 provinsi yang terdapat di Uruguay telah melakukan proses evakuasi karena banjir terus mengguyur negara Amerika Selatan tersebut. Provinsi Durazno menjadi wilayah yang mendapat pengaruh terburuk sebab banjir mengakibatkan 5.163 warganya meninggalkan rumah. (huffingtonpost.com/telesurtv.net)
Editor : Sotyati
Victor Gyokeres Pemain Terbaik Swedia 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyerang Sporting CP, Viktor Gyokeres terpilih sebagai pemain terbaik Sw...