Uniknya Butik Senegal dalam Melakukan Seni Daur Ulang
SENEGAL UTARA, SATUHARAPAN.COM – Kota Saint Louis di Senegal utara, penuh dengan toko-toko seni dan butik lokal. Namun Atelier des Femmes sungguh berbeda. Tempat ini tak hanya mengajarkan cara menjahit dan merenda kepada perempuan, tetapi juga menggunakan bahan yang benar-benar didaur ulang untuk membuat berbagai macam produk.
Atelier des Femmes di Saint Louis, sedikit berbeda dari butik lain di jalan-jalan sempit ini. Atelier ini dikelola oleh sebuah kelompok bernama La Liane, yang menampung anak-anak dan perempuan yang membutuhkan, mengajarkan para wanita cara menjahit dan merenda, semuanya dengan bahan daur ulang.
"Sebagian perempuan akan berkata 'Saya bisa merajut, tapi segera setelah mereka tiba di sini, mereka benar-benar melihat perbedaan antara merajut dengan benang dan dengan kantong plastik," kata Marietou Diop, seorang pengajar merajut dan menjahit, yang dilansir voaindonesia.com, pada Minggu (29/9).
Langkah ini diharapkan dapat mengurangi sampah di kota. Hal tersebut dikatakan oleh seorang pegawai Atelier, Youndou Niang.
"Ini membantu negara dengan mengurangi sampah dan merapikan kota. Jadi kami mengumpulkan kantong-kantong plastik ini, mencucinya, memotongnya, dan kami merajutnya," kata Youndou Niang.
Entah menggunakan plastik atau tidak, beberapa wanita di sanggar itu belajar cara menjahit untuk pertama kalinya.
"Sebenarnya saya belum pernah menjahit. Saya bahkan tidak menyangka akan pernah menyentuh mesin jahit. Tetapi ketika saya datang ke sini untuk pertama kalinya, saya belajar menggunakan mesin jahit di sana itu," kata seorang peserta Atelier, Iness.
Setelah perempuan-perempuan itu menyelesaikan pelatihan mereka, apa pun karya yang mereka hasilkan dijual ke butik dan sebagian keuntungan kembali untuk mereka. Para wanita itu mengatakan, rasa kekeluargaan di Atelier itu membuat mereka senang.
"Banyak orang yang menderita, dan Persatuan La Liane selalu siap membantu mereka. Jadi saya mendapati, itu benar-benar menyentuh. Saya melihat diri saya di dalam perhimpunan ini. Itulah sebabnya mengapa saya ikut kegiatan ini sejak lama," kata Youndou Niang.
Apakah mereka hanya bekerja paruh waktu atau bekerja di sana tiap hari, karya atau produk setiap wanita di komunitas itu berada di butik untuk dijual.
Lima Pimpinan Baru KPK Jalani Proses Induksi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lima pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2024-2029 hari i...