Unjuk Rasa Anti Islam Jerman Semakin Menakutkan
Jajak pendapat Der Spiegel , koran terkemuka di Jerman, menunjukkan 34 persen warga Jerman percaya negara mereka semakin mengalami Islamisasi.
DRESDEN, SATUHARAPAN - Unjuk rasa anti-Islam yang dihadiri oleh tidak kurang dari 17,000 peserta berlangsung di Dresden, kemarin (Senin, 22/12), sebuah rekor baru dalam hal jumlah orang yang turun ke jalan dan merupakan unjuk rasa ke-10 dari serangkaian aksi serupa dalam beberapa minggu terakhir.
Unjuk rasa tersebut dipelopori oleh sebuah gerakan populis kanan yang menamai dirinya Patriot Europeans Against the Islamisation of the Occident atau PEGIDA. Mereka menentang semakin banyaknya imigran masuk ke Jerman dan karenanya mengkhawatirkan munculnya dominasi budaya asing dan menggerus kultur dan tradisi mereka yang berakar pada nilai-nilai Kristiani.
Mereka berunjuk rasa dengan menyanyikan lagu-lagu Natal. PEGIDA yang berdiri pada Oktober lalu dengan hanya ratusan pengikut, kini menjelma menjadi sebuah gerakan yang mencemaskan bagi sementara kalangan yang menganggap gerakan ini membangkitkan rasialisme dan xenofobia.
Berbagai media melaporkan spanduk-spanduk yang terpampang dalam unjuk rasa tersebut membawa pesan menentang kedatangan pengungsi dan penerapan hukum syariah. Jajak pendapat Der Spiegel , koran terkemuka di Jerman, menunjukkan 34 persen warga Jerman percaya negara mereka semakin mengalami Islamisasi.
Seorang lansia, sebagaimana dilaporkan oleh BBC berteriak saat berunjuk rasa, "Saya ini pensiunan. Saya hanya mendapat uang pensiun yang kecil tetapi saya harus membayari semua orang ini --para pengungsi--. Tidak ada yang meminta izin saya."
Seorang pengunjuk rasa lainnya, perempuan yang berjalan kaki delapan puluh kilometer ke tempat aksi, berkata kepada BBC, "Saya bukan sayap kanan, saya bukan Nazi. Saya hanya seseorang yang khawatir akan negara saya, dan cucu saya."
Meluasnya gerakan ini telah membuat para politisi arus utama cemas. Angela Merkel sebelumnya telah mengingatkan agar para pengunjuk rasa tetap waspada akan kemungkinan dimanfaatkan oleh para politisi beraliran ekstrim. Terdapat juga keyakinan bahwa kaum Nazi baru berada dalam para pengunjuk rasa.
Der Spiegel menulis keprihatinannya sebagai berikut, "Apa yang sedang terjadi di Jerman, negara peringkat kedua sebagai tujuan paling populer para imigran? Apakah keterbukaan pikiran Jerman yang telah lama dipuji sudah punah? Apakah kita sedang melihat kembalinya ketakutan yang tidak jelas oleh masuknya imigran yang pernah dialami Jerman pada 1990-an, ketika sebuah asrama bagi para pencari suaka dibakar? Berapa besar gerakan sayap kanan baru ini, dan apakah itu terbatas hanya di Dresden, atau itu menyebar secara nasional?"
Sekitar 4.500 orang melakukan aksi unjuk rasa tandingan di Dresden pada saat yang sama, menuntut dibebaskannya kota dari para pengikut Nazi. Mereka juga mengingatkan tidak ada ruang bagi rasisme dan xenofobia di negara itu.
Namun sebagian besar pengikut PEGIDA bersikeras bahwa mereka bukan kaum Nazi melainkan para patriot yang cemas akan hilangnya tradisi dan kultur Kristiani mereka. Mereka juga menuduh para politisi arus utama kerap menghianati mereka dan melakukan kebohongan media.
Di tengah cuaca dingin, para pengikut PEGIDA berkumpul di luar gedung konser bersejarah, Semperor. Polisi mengatakan jumlah mereka sekitar 17,500 orang, naik dari aksi serupa minggu lalu yang dihadiri 15,000 orang.
Manajemen gedung konser mengisyaratkan ketidaksenangannya atas aksi tersebut dengan mematikan lampu dan mengibarkan bendera yang bertuliskan, "Bukalah mata Anda," "Bukalah hati Anda," "Buka Pintu," dan "Martabat Manusia adalah sangat suci."
Kantor berita DPA melaporkan, Bishop Protestan dari negara bagian Saxony, Jochen Bohl, yang mengatakan, dengan menyanyikan lagu-lagu Natal para pengikut PEGIDA telah mengeskploitasi simbol-simbol dan tradisi Kristen untuk tujuan politik.
Mantan kanselir Jerman, Gerhard Scroeder, menyerukan agar warga prihatin dengan aksi-aksi ini seraya meminta melakukan "pemberontakan yang layak" terhadap gerakan anti-asing.
PEGIDA lahir di kota yang merupakan bagian dari komunis Jerman Timur, sampai runtuhnya Tembok Berlin 25 tahun lalu. Aksi-aksi serupa telah bermunculan di daerah barat Jerman namun sejauh ini gagal menarik banyak pengikut.
Kelompok-kelompok yang merupakan hasil kloning dari PEGIDA di Dresden, kemarin melakukan pawai di kota-kota barat Bonn, Kassel dan Wuerzburg, tetapi mereka hanya menarik sekitar 200 pengikut, kalah jauh dibanding demonstrasi tandingan yang jumlahnya bila ditotal di seluruh Jerman, mencapai 20.000.
Editor : Eben Ezer Siadari
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...