Upaya Redakan Ketegangan Timur Tengah, Minyak Naik
SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM - Harga minyak berbalik lebih tinggi di Asia pada hari Rabu (25/11), ketika para diplomat mencoba meredakan ketegangan geopolitik setelah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia di perbatasan Suriah.
Tetapi membanjirnya pasokan minyak mentah global membatasi kenaikan menjelang laporan Departemen Energi Amerika Serikat (DoE) yang diperkirakan akan menunjukkan penambahan lagi dalam persediaan minyak mentah komersialnya, menunjukkan permintaan lebih lambat di negara konsumen minyak terbesar dunia itu.
Harga minyak telah melonjak pada hari Selasa setelah penembakan pesawat Rusia yang para analis peringatkan lebih lanjut bisa meningkatkan ketegangan antara kekuatan-kekuatan utama yang terlibat dalam konflik Suriah dan mempengaruhi pasokan minyak mentah dari produsen minyak Timur Tengah.
Harga minyak stabil di tengah upaya diplomatik untuk menenangkan kemarahan Presiden Rusia, Vladimir Putin yang menyebut penembakan tersebut sebuah "tikaman dari belakang" oleh "antek-antek teroris".
Karena aliansi keamanan NATO berdiri di samping anggotanya Turki, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa, Ban Ki-moon, menyerukan tindakan mendesak untuk mendinginkan suasana panas, mengatakan sebuah "kajian kredibel dan menyeluruh" atas kejadian itu akan membantu menjelaskan apa yang terjadi dan mencegah terulang kembali.
Pesawat tempur SU-24 Rusia ditembak jatuh pada Selasa pagi oleh dua pesawat tempur F-16 Turki, setelah memberikan 10 kali peringatan dalam waktu lima menit, utusan Turki untuk PBB mengatakan, tetapi Moskow bersikeras pesawatnya berada di dalam wilayah Suriah.
Pada sekitar pukul 06.00 GMT, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari naik 12 sen menjadi 42,99 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent untuk Januari diperdagangkan 23 sen lebih tinggi pada 46,35 dolar AS per barel, membalikkan kerugian pagi.
Kedua kontrak melonjak lebih dari satu dolar AS setelah insiden penembakan jet tempur Rusia.
"Harga minyak mentah meningkat karena kekhawatiran baru atas ketegangan di Timur Tengah setelah Turki menembak jatuh sebuah pesawat Rusia," kata Bernard Aw, analis pasar IG Markets di Singapura.
"Namun, tidak mungkin ketegangan itu akan meningkat mengingat pentingnya perdagangan antara kedua negara, yang berarti kita harus melihat solusi diplomatik," katanya kepada AFP.
Dia mengatakan para pedagang mengatur pandangan mereka pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 4 Desember untuk tanda-tanda tentang apakah kartel akan memangkas tingkat produksi tinggi yang telah menekan harga di pasar yang kelebihan pasokan.
"Sebuah kesepakatan untuk memotong target produksi pasti akan menjadi pendorong untuk harga minyak," kata Aw. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...