Usai Perjanjian Nuklir, Iran akan Beli Banyak Pesawat
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM - Iran akan membutuhkan hingga 500 pesawat dalam kurun waktu satu dekade mendatang untuk memperbarui armada pesawat lamanya, yang menderita akibat sanksi Amerika Serikat (AS) terkait program nuklir kontroversial negara tersebut, ujar kepala badan penerbangan nasional Teheran.
Sanksi itu melarang produsen untuk menjual pesawat baru atau suku cadang kepada maskapai-maskapai Iran, yang memensiunkan sebagian besar armadanya.
Melalui perjanjian nuklir sementara yang dicapai pada November 2013, sanksi itu dikurangi untuk memungkinkan penjualan suku cadang dan demi melakukan perbaikan terkait keselamatan.
Armada Iran hanya terdiri dari 140 pesawat yang dapat beroperasi, kata kepala Badan Penerbangan Sipil Iran (Iran Civil Aviation Organization/CAO) Ali Reza Jahangirian, seperti dikutip kantor berita pemerintah IRNA pada Jumat (17/4).
“Itu lebih rendah dari rata-rata ketentuan internasional dalam indeks internasional terkait populasi dan area,” katanya, seraya menambahkan bahwa perjanjian nuklir terbaru dengan negara-negara adidaya akan mempermudah cara untuk mengatasi masalah tersebut.
“Kami akan membutuhkan 400 hingga 500 pesawat selama 10 tahun mendatang,” katanya, tanpa menyebutkan jenis pesawat yang akan dibeli atau memberikan indikasi terkait kemungkinan anggaran pembelian.
Sejak penandatanganan perjanjian sementara, Jahangirian mengatakan sejumlah produsen pesawat mengunjungi Iran untuk mengkaji pasar dan membahas potensi perjanjian.
“Produsen-produsen pesawat melakukan upaya serius untuk menjalin interaksi dengan Iran agar tidak tertinggal dalam persaingan saat situasi berubah,” katanya.
Amerika Serikat sudah mengizinkan produsen pesawat Boeing Co dan produsen mesin ternama General Electric Co untuk menjual suku cadangnya. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...