Uskup Kolombia Minta Komitmen Perdamaian Abadi
BOGOTA, SATUHARAPAN.COM – Uskup Katolik Kolombia mendesak pemerintah dan pemberontak bersenjata berkomitmen melakukan gencatan senjata tak terbatas. Sementara kesepakatan damai baru dinegosiasikan setelah pemilih menolak kesepakatan yang akan secara resmi mengakhiri perang yang berlangsung selama setengah abad di negara itu.
Setelah pertemuan pada 13-14 Oktober, Konferensi Uskup mengeluarkan pernyataan resmi dalam surat yang menyampaikan harapan dan dorongan kepada negara bahwa langkah selanjutnya untuk membangun perdamaian abadi.
“Kami mendengar tangisan, dan kami berempati para korban; para petani, kelompok etnis yang berbeda, semua orang yang telah menderita akibat konflik di berbagai wilayah negara,” kata surat yang ditandatangani kepala Uskup Agung Kolombia, Luis Castro Quiroga.
"Menafsirkan perasaan orang-orang Kolombia, kami meminta pemerintah dan FARC (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia / Angkatan Bersenjata Revolusioner KOlombia) untuk selamanya menghentikan permusuhan,” kata surat itu.
Pada bulan Juni, FARC dan pemerintah mencapai kesepakatan gencatan senjata hingga akhir tahun ini. Presiden Juan Manuel Santos beberapa waktu lalu dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian 2016 untuk upaya membawa konflik berakhir. Gereja meminta kedua belah pihak bekerja ke arah kesepakatan baru.
Perlu Partisipasi Warga
Pertemuan para uskup yang luar biasa terjadi dua pekan setelah warga Kolombia berpartisipasi dalam referendum menolak kesepakatan damai antara pemerintah dan pemberontak.
Kesepakatan tersebut diperkirakan akan menghakiri konflik bersenjata sejak 1960-an, dan menewaskan 220.000 nyawa dan jutaan warga mengungsi.
Dalam surat itu, para uskup mengatakan, orang-orang dan lembaga di Kolombia ingin ada perubahan peran yang lebih besar dari masyarakat dalam perjanjian damai berikutnya. Sedangkan Vatikan mengatakan proses perdamaian di Kolombia akan menjadi awal yang baru.
Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, mengatakan Paus Fransiskus menaruh perhatian kepada proses perdamaian di Kolombia dan ingin mengunjungi negara itu ketika perjanjian damai disahkan.
“Warga Kolombia hidup dalam kekerasan dan dipaksa pindah, itulah sebabnya kita perlu mencari jalan untuk perdamaian dan keadilan,” kata Parolin.
Dalam surat itu para uskup mengatakan bahwa menemukan kedamaian adalah tanggung jawab pemerintah dan negara-negara lain yang ada di kawasan Amerika Selatan.
“Para uskup Katolik Kolombia bersama dengan komunitas gerejawi menegaskan kembali komitmen kami untuk rekonsiliasi dan pembangunan perdamaian,” kata surat itu.
"Gereja Katolik, tidak terkait partai politik, tetap teguh dalam menyerukan semua orang terlibat untuk bekerja tanpa pamrih untuk kebaikan bersama.” (catholicherald.co.uk)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...