Uskup Nigeria Kecam Arab Saudi karena Melecehkan Salib
CEBU CITY, SATUHARAPAN.COM - Uskup Nigeria, John Onaiyekan, mengecam Arab Saudi yang melakukan penyaliban narapidana, khususnya yang beragama Kristen, sebagai bentuk hukuman mati. Menurut dia, langkah itu tidak menghormati salib sebagai simbol agama Kristen, disamping penyaliban merupakan tindakan kejam dan tidak manusiawi.
Selain mengutuk Arab Saudi, Onaiyekan juga mengutuk 'teroris,' istilah yang ia tujukan untuk menyebut kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Kelompok ini juga melakukan penyaliban kepada orang-orang Kristen, sebagai cara untuk menimbulkan rasa sakit terbesar dan merendahkan korban-korban mereka.
Inquirer.net melaporkan, Onaiyekan berbicara di hadapan 15.000 delegasi dari 71 negara yang menghadiri Kongres Ekaristi Internasional di Cebu City, Nigeria.
Onaiyekan yang merupakan Uskup Agung Abuja, Nigeria, menegaskan bahwa harus ada penghormatan terhadap simbol-simbol agama.
"Dalam dunia modern kita, di mana banyak pembicaraan tentang menghormati simbol agama," kata Onaiyekan, "tidakkah sangat mengerikan bahwa beberapa negara Islam, misalnya Arab Saudi, masih mempraktikkan eksekusi terpidana dengan penyaliban, terutama mereka yang Kristen, sebagai tanda penghinaan terburuk? "
"Kita telah mendengar banyak kerusuhan, kekerasan dan pembunuhan karena dugaan menghina Al Quran," tambah dia.
"Mereka yang ingin simbol-simbol agama mereka dihormati seharusnya juga menghormati simbol-simbol agama orang lain."
Tapi Onaiyekan juga mengkritik Charlie Hebdo, majalah Prancis yang mencerca Nabi Muhammad dan Islam.
"Salib sebagai alat eksekusi telah ada sebelum zaman Yesus dan banyak orang telah disalibkan sebelum Yesus," kata Uskup.
"Sejak Ia mati di kayu salib, yang tadinya sebagai simbol kematian yang memalukan, salib telah berubah menjadi simbol kemuliaan Kristus."
Onaiyekan mencatat bahwa ekstremis ISIS telah menggunakan penyaliban sebagai cara untuk membunuh dan melenyapkan komunitas Kristen.
"Hari ini, kita mendengar teroris Muslim menyalibkan orang Kristen sebagai cara menimbulkan rasa sakit terbesar dan degradasi pada korban-korban mereka," kata dia.
Onaiyekan mengacu pada pembunuhan mengerikan melalui penyaliban dan pemenggalan orang Kristen di wilayah yang dikuasai oleh ISIS, termasuk seorang anak berusia 12 tahun Oktober lalu.
"Tapi salib masih tetap simbol kemenangan Tuhan Yesus," kata pemimpin tertinggi gereja Nigeria itu.
"Kita bisa berharap bahwa darah para martir Kristen yang disalibkan akan menjadi sumber keselamatan bahkan bagi para pelaku kejahatan yang mengerikan itu. "
Onaiyekan juga mengkritik diskriminasi di dalam gereja, sebagai bentuk "apartheid."
"Anda tidak dapat mendirikan sebuah gereja hitam atau gereja kulit putih di Gereja Katolik," kata dia, yang disambut tepuk tangan dari para delegasi.
Editor : Eben E. Siadari
Pemberontak Suriah: Kami Tak Mencari Konflik, Israel Tak Pun...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin kelompok pemberontak Islamis Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), ...