Loading...
SAINS
Penulis: Dedy Istanto 13:12 WIB | Jumat, 30 Oktober 2015

UWRF Batalkan Forum Diskusi Tolak Reklamasi Teluk Benoa karena Tekanan

Puluhan aktivis lingkungan dari berbagai elemen lembaga menggelar aksi unjuk rasa di Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (15/9) menolak reklamasi Teluk Benoa di Bali. Dalam aksinya para aktivis meminta kepada KLHK untuk tidak memberikan dukungan dalam proses perumusan analisis dampak lingkungan (Amdal) terhadap reklamasi Teluk Benoa. (Foto: Dok.Satuharapan/Dedy Istanto).

BALI, SATUHARAPAN.COM – Forum Diskusi Gerakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBali) dibatalkan Panitia Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) atas tekanan dari aparat polisi, pada hari Selasa (27/10). Pihak panitia pada ForBali mengatakan terpaksa membatalkan atas tekanan kepolisian dan pihak lain karena diskusi forum tersebut dianggap tidak sesuai tujuan festival, yaitu sebagai event budaya dan pariwisata.

Program utama UWRF sebelumnya mengundang Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBali) yaitu I Wayan “Gendo” Suardana, Jerinx yang adalah personel grup band Superman is Dead, Thor Kerr dari Curtin University sebagai narasumber, yang akan berbicara tentang gerakan lingkungan

Menanggapi hal pembatalan tersebut, I Wayan Suardana dari ForBali mengaku tekanan terus terjadi pada masyarakat Bali yang menolak investasi besar di Teluk Benoa dengan menguruk laut seluas 700 hektare. Suardana menanggapi tekanan itu biasa dialami oleh ForBali karena keras menolak reklamasi Teluk Benoa yang merupakan sebuah agenda rakus para pengusaha yang disokong oleh penguasa.

Gendo Suardana menyayangkan UWRF menyerah begitu saja atas upaya pembatalan agenda sesi diskusi panel ForBali tentang penolakan reklamasi Teluk Benoa dalam level internasional yang menunjukkan kekuasaan dengan berbagai alasan untuk menutup dan mempersempit wacana penolakan tersebut.

Mengangkat tema-tema sensitif seperti penolakan reklamasi Teluk Benoa seharusnya sudah diperhitungkan segala risikonya, sehingga ada alternatif lain yang bisa dilakukan jika “kekuasaan” menekan mereka, ujar Gendo. Kejadian ini dianggap perpaduan sempurna dari pengusaha yang sewenang-wenang dalam menekan kebebasan berekspresi, sekalipun dalam balutan aktivitas budaya, tambahnya.

Ubud Writers and and Readers Festival merupakan event internasional yang dihadiri 25 negara berlatar belakang penulis, jurnalis, artis, ilmuwan, advokat, dan seniman untuk bertemu bersama bertukar pikiran. Acara yang berlangsung sejak tanggal 28 Oktober sampai dengan 1 November 2015 mendatang telah menghadirkan 165 penulis ternama, di antaranya Christina Lamb, Michael Chabon, Ayu Utami, Tejo Cole, dan banyak lagi. (PR)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home