Vaksin Ebola Masuki Uji Klinis Tahap II dan III
Dalam beberapa bulan diharapan telah tersedia dan siap disebarkan.
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) hari Kamis (8/1) dalam pertemuan tingkat tinggi di Jenewa, Swiss memutuskan untuk meninjau status uji klinis dan rencana untuk uji tahap II dan tahap IIImengenai efektivitas vaksin Ebola.
“Kami di sini untuk mengambil bagian, merencanakan langkah selanjutnya, dan memastikan bahwa semua mitra bekerja bersama-sama. Kita semua ingin momentum dan urgensi untuk melanjutkan (uji)," kata Dr. Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO.
Kandidat Vaksin Ebola paling canggih dijadwalkan untuk memasuki Tahap III uji klinis di Afrika Barat pada bulan Januari / Februari tahun 2015, dan jika terbukti efektif, akan tersedia untuk disebarkan beberapa bulan kemudian.
"Anda telah memberikan sendiri tenggat waktu yang sangat ketat dan bergerak maju dengan cepat. Bahkan, apa yang Anda lakukan belum pernah terjadi sebelumnya, menekan menjadi hitungan bulan dalam kerja yang biasanya membutuhkan waktu dua sampai empat tahun, namun tanpa kompromi dengan standar keamanan dan kemanjuran internasional," kata Dr Chan.
Hadir dalam pertemuan itu adalah perwakilan dari produsen dan lembaga penelitian yang saat ini sedang mengembangkan atau menguji calon Vaksin Ebola, pejabat pemerintah dari negara-negara yang terkena dampak Ebola, dan organisasi non-pemerintah dan mitra.
Juga dibahas mekanisme pendanaan untuk Vaksin Ebola dan proses untuk pengambilan keputusan pada pengenalan luar Tahap percobaan III. Pertemuan tingkat tinggi pertama tentang Vaksin Ebola diadakan pada 23 Oktober 2014.
"Dalam pertemuan ini, Anda akan melihat pada data keamanan dan imunogenisitas yang muncul padai tahap I uji klinis dari dua vaksin kandidat, dan meninjau status vaksin lainnya," kata Dr Chan, dan menambahkan bahwa tidak ada sinyal masalah keamanan utama yang dilaporkan sampai saat ini .
Situasi wabah Ebola di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone, kata Dr. Chan, bahwa tahun 2014 tidak berakhir dengan skenario yang terbaik. Banyak petugas kesehatan masih terinfeksi, termasuk warga negara itu, dokter dan perawat dari tim medis asing.
Pada saat yang sama, situasi di Liberia terlihat "jauh lebih menjanjikan" dibandingkan pada bulan Oktober dan November. Tapi penularan masih terus terjadi. Beberapa pihak percaya bahwa virus tersebut telah pindah dari kota ke daerah pedesaan yang sangat terpencil, sehingga sulit untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di Liberia.
Sierra Leone kini melampaui Liberia sebagai negara yang paling parah terkena dampak. Beberapa ratus kasus baru Ebola dilaporkan setiap minggu. (un.org)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...