Vaksinasi DBD Kini Bisa Dilakukan di Rumah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mengawali tahun 2017, masyarakat harus mewaspadai serangan demam berdarah. Masih segar dalam ingatan, pada awal tahun lalu warga Banten sempat dicekam demam berdarah hingga pemerintah daerah harus menyatakan bahwa wilayah tersebut dalam kondisi darurat. Seperti Jakarta, jumlah pasien demam berdarah (DBD) di wilayah tersebut juga meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Apakah serangan demam berdarah akan kembali terjadi pada awal tahun ini di tengah curah hujan yang tinggi? “Berbeda dengan beragam kasus DBD beberapa tahun silam yang hanya muncul di musim hujan, penyakit ini kini muncul sepanjang tahun di berbagai wilayah Indonesia. Bahkan tanda bintik merah dan demam tinggi sudah tidak bisa lagi dijadikan acuan untuk mengidentifikasi gejala DBD,” kata dr Stephanie Patricia, dari Medi-call Indonesia, aplikasi layanan kesehatan on-demand terkemuka di Indonesia, pada Selasa (31/1) seperti yang dilansir dari medi-call.id.
Karena itu, masyarakat harus ekstra waspada terhadap gejala yang timbul dan mengambil langkah cepat bila terkena demam berdarah. “Jika terlambat ditangani, pasien bisa mengalami kebocoran plasma dan perdarahan saluran cerna hingga mengakibatkan kematian,” katanya.
Namun, masyarakat di kota besar bisa cukup lega dengan kehadiran vaksin DBD, Dengvaxia, yang telah beredar sejak akhir tahun lalu. Seperti dilansir situs pom.go.id, Badan Pengawas Obat dan Makanan pada 31 Agustus 2016 telah menyetujui izin edar vaksin dengue, Dengvaxia yang didaftarkan oleh Sanofi Aventis (produsen Sanofi Pasteur, Prancis). Indonesia merupakan negara keenam di dunia dan kedua di Asia yang menyetujui izin edar vaksin Dengvaxia setelah Meksiko, Filipina, Brasil, El Salvador, dan Kosta Rika.
Vaksin yang hanya dapat diuji efektivitasnya oleh pasien berusia 9-15 tahun itu bahkan bisa dilakukan di rumah, karena vaksin ini telah tersedia di sejumlah apotek ternama, seperti K-24 yang buka selama 24 jam, sehingga dokter dapat memperoleh vaksin dengan mudah.
“Pasien pun dapat memanggil dokter ke rumah untuk melakukan vaksinasi melalui aplikasi berbasis Android, Medi-call. Aplikasi berbasis lokasi ini akan menemukan dokter yang paling dekat dengan lokasi pasien sehingga mereka bisa mendapat layanan kesehatan lebih cepat. Jadi pasien tak harus khawatir macet atau mengganggu aktivitas di rumah seperti biasa,” katanya.
Sejak diluncurkan akhir tahun lalu, Medi-call juga telah dipercaya para dokter di Bali agar dapat melayani pasien lebih cepat. Tak hanya warga Bali, para wisatawan juga kerap memanfaatkan aplikasi yang dianggap penting ini agar dapat mendapat layanan kesehatan dengan segera di mana saja. Pada Februari 2017, aplikasi yang dilahirkan oleh para dokter Indonesia ini akan segera diluncurkan di Jakarta, dan tersedia di iOS App Store dalam waktu dekat.
Menurut dr Stephanie, vaksin DBD di luar negeri sebenarnya sudah tersedia untuk pasien segala usia. “Di Indonesia, vaksin DBD untuk usia di luar 9-18 tahun saat ini sedang dalam proses registrasi, dan administrasi pada Badan Pengelolaan Obat dan Makanan (BPOM) dan kita harapkan bisa segera tersedia tahun ini. Dengan demikian, penyakit DBD bisa dicegah dan tidak lagi menakutkan bagi masyarakat,” katanya.
Medi-call (PT Medika Nusantara Gemilang) sendiri adalah sebuah start up di bidang kesehatan yang mengembangkan aplikasi on demand layanan kesehatan yang diberi nama Medi-Call (medi-call.id). Didirikan di Bali oleh dokter lulusan Universitas Udayana, Bali, dan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, antara lain dr M Candra Wijanadi, dr Stephanie Patricia, dan dr Gideon Hartono, Medi-Call diluncurkan pertama kali di Bali pada bulan Desember 2016, dan menyusul berikutnya tersedia di Kota Yogyakarta dan Jakarta pada awal 2017. Saat ini, Medi-Call bisa diakses dari ponsel berbasis Android.
Editor : Sotyati
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...