Vaksinasi Polio Dimulai di Jalur Gaza, Pertama Dalam 25 Tahun
DEIR AL-BALAH-JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Otoritas kesehatan Palestina dan badan-badan Perserikatan Bangsa-bangsa pada hari Minggu (1/9) memulai kampanye vaksinasi polio skala besar di Jalur Gaza, dengan harapan dapat mencegah wabah di wilayah yang telah dilanda perang Israel-Hamas.
Otoritas berencana untuk memvaksinasi anak-anak di Gaza bagian tengah hingga Rabu (4/9) sebelum beralih ke bagian utara dan selatan jalur tersebut yang lebih hancur. Kampanye tersebut dimulai dengan sejumlah kecil vaksinasi pada hari Sabtu dan bertujuan untuk menjangkau sekitar 640.000 anak.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 72.600 anak menerima vaksin pada Minggu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Israel setuju untuk membatasi jeda dalam pertempuran untuk memfasilitasi kampanye tersebut. Ada laporan awal tentang serangan Israel di Gaza tengah pada Minggu dini hari, tetapi tidak segera diketahui apakah ada yang terbunuh atau terluka. Jeda berakhir pada Minggu sore, menurut jadwal yang dirilis oleh Israel.
Israel mengatakan program vaksinasi akan berlanjut hingga 9 September dan berlangsung selama delapan jam sehari.
Gaza baru-baru ini melaporkan kasus polio pertamanya dalam 25 tahun — seorang anak laki-laki berusia 10 bulan, yang sekarang lumpuh di salah satu kakinya. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan adanya kasus kelumpuhan menunjukkan mungkin ada ratusan orang lagi yang telah terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala.
Kebanyakan orang yang menderita polio tidak mengalami gejala, dan mereka yang mengalaminya biasanya pulih dalam sepekan atau lebih. Tetapi tidak ada obatnya, dan ketika polio menyebabkan kelumpuhan, biasanya bersifat permanen. Jika kelumpuhan memengaruhi otot-otot pernapasan, penyakit tersebut dapat berakibat fatal.
Kampanye vaksinasi menghadapi tantangan, mulai dari pertempuran yang terus berlanjut hingga jalan-jalan yang hancur dan rumah sakit yang ditutup karena perang. Sekitar 90% dari populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah mengungsi di wilayah yang terkepung, dengan ratusan ribu orang berdesakan di kamp-kamp tenda yang kumuh.
Pejabat kesehatan telah menyatakan kekhawatiran tentang wabah penyakit karena sampah yang tidak diangkut telah menumpuk dan pemboman infrastruktur penting telah menyebabkan air busuk mengalir melalui jalan-jalan. Polio menyebar melalui kotoran. Kelaparan yang meluas telah membuat orang-orang semakin rentan terhadap penyakit.
"Kami lolos dari kematian bersama anak-anak kami, dan melarikan diri dari satu tempat ke tempat lain demi anak-anak kami, dan sekarang kami menderita penyakit ini," kata Wafaa Obaid, yang membawa ketiga anaknya ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah untuk mendapatkan vaksinasi.
Ammar Ammar, juru bicara badan anak-anak PBB, mengatakan pihaknya berharap kedua belah pihak mematuhi gencatan senjata sementara di area yang ditentukan untuk memungkinkan keluarga mencapai fasilitas kesehatan.
"Ini adalah langkah pertama," katanya kepada The Associated Press. “Namun tidak ada alternatif selain gencatan senjata karena bukan hanya polio yang mengancam anak-anak di Gaza, tetapi juga faktor-faktor lain, termasuk kekurangan gizi dan kondisi tidak manusiawi yang mereka alami.”
Vaksinasi akan diberikan di sekitar 160 lokasi di seluruh wilayah, termasuk pusat medis dan sekolah. Anak-anak di bawah usia 10 tahun akan menerima dua tetes vaksin polio oral dalam dua putaran, yang kedua akan diberikan empat minggu setelah yang pertama.
Israel mengizinkan sekitar 1,3 juta dosis untuk dibawa ke wilayah tersebut bulan lalu, yang sekarang disimpan dalam lemari pendingin di sebuah gudang di Deir al-Balah. Pengiriman lain sebanyak 400.000 dosis akan segera dikirim ke Gaza.
Virus polio yang memicu wabah terbaru ini adalah virus yang bermutasi dari vaksin polio oral. Vaksin polio oral mengandung virus hidup yang dilemahkan dan dalam kasus yang sangat jarang, virus tersebut dilepaskan oleh mereka yang divaksinasi dan dapat berevolusi menjadi bentuk baru yang mampu memulai epidemi baru.
Perang di Gaza dimulai ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 sandera. Sekitar 100 orang masih ditawan, sekitar sepertiganya diyakini telah tewas.
Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan, yang tidak mengatakan apakah mereka yang tewas adalah pejuang atau warga sipil. Perang tersebut telah menyebabkan kerusakan besar di seluruh wilayah, dengan seluruh lingkungan musnah dan infrastruktur penting rusak parah.
Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah menghabiskan waktu berbulan-bulan mencoba menengahi gencatan senjata dan pembebasan sandera yang tersisa, tetapi perundingan telah berulang kali terhenti dan sejumlah poin penting tetap ada. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...