Versi Moskow Tentang Penembakan Jet Rusia oleh Turki
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM – Rusia menyebutkan bahwa jet tempur Sukhoi SU-24 yang ditembak Turki pada hari Selasa (24/11) tidak pernah mendapat peringatan apapun. Demikian pernyataan Kepala Angkatan Udara Rusia, seperti dikutip Russia Today.
Jet tempur Turki meembakkan peluru kendali ke pembom S-24 Rusia yang mendekati perbatasan Turki. Pesawat itu tetap tertangkap radar Turki selama 34 menit, namun tidak pernah menerima peringatan apapun.
Serangan terhadap jet tempur Rusia itu disengaja dan telah direncanakan terlebih dahulu, kata Viktor Bondarev, Komandan Angkatan Udara Rusia, mengumumkan hari Jumat (27/11). Dia menyebut insiden itu sebagai "menikam dari belakang.’’
Bondarev sebelumnya menjelaskan secara rinci pada media kejadian tersebut. Pada tanggal 24 November, dua Jet tempur Rusia Sukhoi Su-24 jenis pembom taktis lepas landas dari pangkalan udara Khmeimim di Latakia pada pukul 06:15 GMT. Tugasnya melaksanakan serangan udara di sekitar pemukiman Kepir, Mortlu dan Zahia, semua dalam wilayah Suriah utara. Setiap pesawat bomber membawa empatbom OFAB-250 yang memiliki fragmentasi ledak tinggi.
Sepuluh menit kemudian, SU-24 memasuki kisaran radar Turki dan mengambil posisi di daerah sasaran, patroli wilayah udara pada ketinggian yang telah ditentukan, masing-masing 5.800 meter dan 5.650 meter.
Kedua pesawat tetap di daerah itu selama 34 menit. Selama ini tidak ada kontak antara awak pembom Rusia dan pihak militer Turki atau pesawat tempur lain.
Sekitar 20 menit setelah tiba di daerah yang ditunjuk, awak pesawat menerima koordinat kelompok teroris di wilayah tersebut. Setelah melakukan serangan pertama, pembom kemudian melakukan manuver dan kemudian menjalankan serangan kedua.
Jet Turki Masuk Udara Suriah
Segera setelah itu, bomber SU-24 yang diawaki oleh Letnan Kolonel Oleg Peshkov dan Kapten Konstantin Murakhtin diserang oleh jet tempur F-16 milik Turki yang beroperasi dari lapangan udara Diyarbakır di Turki.
F-16 itu untuk menyerang pembom Rusia dengan jarak dekat dengan rudal udara-ke-udara. Untuk itu jet tempur Turki harus masuk wilayah udara Suriah, di mana pesawat itu berada di udara Suriah selama sekitar 40 detik.
Setelah meluncurkan rudalnya dari jarak 5-7 kilometer, F-16 segera berbalik ke arah perbatasan Turki, bersamaan menjatuhkan SU-24 secara tajam dari ketinggian, sehingga menghilang dari jangkauan radar Rusia yang berada di pangkalan udara Khmeimim.
Pesawat tempur Turki masuk sejauh dua kilometer ke wilayah udara Suriah, sementara bomber Rusia pada tahap tidak melanggar wilayah udara Turki, kata Bondarev menekankan.
Awak kedua Su-24M melihat dengan jelas saat rudal itu ditembakkan dari F-16 milik Turki, dan melaporkan hal ini ke markas.
Serangan Terencana
Komandan Bondarev mencatat bahwa dua F-16Cs milik Turki telah ada di daerah dekat dengan zona serangan selama lebih dari satu jam sebelum serangan pada SU-24. Hal itu menjelaskan kehadiran mereka di daerah itu. Waktu yang dibutuhkan hingga pesawat siap di lapangan udara Diyarbakır dan sampai ke zona serangan diperkirakan 46 menit.
Salah atu F-16Cs Turki, kata dia, berhenti manuver dan mulai mendekati bomber SU-24M sekitar 100 detik sebelum pesawat Rusia berada pada posisi paling dekat dengan perbatasan Turki. Hal itu juga menegaskan bahwa serangan itu sebagai direncanakan, kata Komandan Bondarev menekankan.
Kepala Angkatan Udara Rusia itu juga menyebutkan tentang perhatian dan kesiapan media Turki, yang merilis sebuah video profesional tentang insiden itu. Video itu direkam dari daerah yang dikontrol oleh ekstremis, dan hanya 1,5 jam dirilis setelah SU-24 itu jatuh.
Nota Kesepahaman
Komandan Bondarev juga menyebutkan tentang adanya nota kesepahaman mengenai serangan di Suriah, yang ditandatangani oleh Moskow dan Washington pada tanggal 26 Oktober. Sesuai perjanjian ini, pihak Rusia memberitahu rekan-rekan Amerika-nya tentang misi dua pesawat pembom di Suriah utara pada November 24. Informasi itu termasuk tentang zona dan ketinggian operasi.
Berdasarkan hal ini, otoritas Turki hanya menyatakan tidak tahu mana pesawat yang beroperasi di daerah tersebut, dan mengangkat alis, kata Bondarev.
Militer Turki tidak hanya melanggar semua hukum internasional untuk melindungi perbatasan nasional, tetapi tidak pernah menyampaikan permintaan maaf atas insiden atau menawarkan bantuan dalam pencarian dan penyelamatan operasi untuk awak SU-24.
Pilot SU-24, Letnan Kolonel Oleg Peshkov, ditembak mati oleh militan ketika terjun dengan payung, setelah keluar dari pesawat yang tertembak. Rekannya, navigator Kapten Konstantin Murakhtin, selamat dari tembakan ketika terjun dengan payung dan berhasil tetap hidup di darat di daerah penuh teroris.
Operasi penyelamatan disebutkan dilakukan dalam beberapa jam dan akhirnya menemukan Murakhtin, meskipun satu militer Rusia tewas ketika helikopter penyelamat dihancurkan oleh rudal tank buatan AS yang diluncurkan oleh ekstrimis, Insiden ini mereka filmkan dan dipublikasikan secara online. LIHAT VIDEO KLIK DI SINI
Komandan Bondarev menekankan bahwa pilot Rusia yang selamat dari serangan itu terus dicari tidak hanya oleh jihadis, tetapi juga oleh sejumlah kelompok tak dikenal dengan jentata taktis yang lengkap.
Setelah Kapten Murakhtin diselamatkan, Angkatan Udara Rusia menyampaikan bahwa kehancuran lebih besar dari serangan udara terhadap gerilyawan di daerah di mana operasi telah terjadi, kata Bondarev.
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...