Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 14:16 WIB | Rabu, 04 Desember 2024

Vladimir Putin Menyetujui Anggaran Militer Rusia Tahun 2025-2027

Zelenskyy mengatakan Ukraina butuh senjata, NATO mengundang sebelum berunding dengan Rusia.
Dalam foto yang disediakan oleh layanan pers Brigade Mekanik ke-24 Ukraina ini, seorang prajurit Brigade Mekanik ke-24 meningkatkan keterampilan taktisnya di lapangan latihan di wilayah Donetsk, Ukraina, Jumat, 29 November 2024. (Foto: Oleg Petrasiuk/Brigade Mekanik ke-24 Ukraina via AP)

MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menyetujui anggaran yang difokuskan pada militer untuk tahun 2025-2027, sebuah dokumen yang dipublikasikan di situs web undang-undang resmi menunjukkan pada hari Minggu (1/12).

Anggaran negara untuk tahun depan mencakup kenaikan 25 persen dalam pengeluaran militer tetapi akan menjadi yang paling rahasia dalam sejarah pasca Uni Soviet, dengan hampir sepertiga dari semua pengeluaran ditutup untuk pengawasan publik.

Pemerintah telah mengakui bahwa kebutuhan dari apa yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus di Ukraina dan dukungan untuk militer akan tetap menjadi prioritas anggaran bersama dengan kebutuhan sosial dan pengembangan teknologi.

Pemerintah telah menyajikan rancangan anggaran sebagai "seimbang," dengan defisit turun menjadi 0,5 persen terhadap defisit yang diproyeksikan tahun ini sebesar 1,7 persen dan utang negara tetap di bawah angka 20 persen untuk tiga tahun ke depan.

Ukraina Butuh Jaminan Keamanan NATO

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan pada hari Minggu (1/12) bahwa negaranya membutuhkan jaminan keamanan dari NATO dan lebih banyak senjata untuk mempertahankan diri sebelum melakukan pembicaraan dengan Rusia.

Ia menyampaikan komentar tersebut setelah bertemu dengan kepala diplomasi baru Uni Eropa, Kaja Kallas, dan kepala Dewan Uni Eropa, Antonio Costa, yang sedang mengunjungi Kiev sebagai bentuk dukungan pada hari pertama mereka menjabat.

“Undangan bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO merupakan hal yang penting bagi kelangsungan hidup kita,” kata Zelenskyy dalam konferensi pers bersama Costa.

Ukraina menghadapi musim dingin yang berat, dengan Rusia melepaskan rentetan serangan yang menghancurkan terhadap jaringan listriknya dan pasukan Kiev yang kelelahan kehilangan tempat di garis depan.

Pertanyaan juga muncul seputar masa depan dukungan Amerika Serikat setelah Donald Trump memangku jabatan presiden pada bulan Januari, dengan kekhawatiran bahwa ia dapat memaksa Kiev untuk membuat konsesi yang menyakitkan dalam upaya mencapai kesepakatan damai yang cepat.

Zelenskyy mengatakan negaranya perlu berada dalam "posisi yang kuat" sebelum melakukan pembicaraan dengan Kremlin, menyerukan "langkah maju dengan NATO" dan "sejumlah besar" senjata jarak jauh untuk mempertahankan diri.

"Hanya ketika kita memiliki semua hal ini dan kita kuat, setelah itu, kita harus membuat agenda yang sangat penting... untuk bertemu dengan salah satu pembunuh," kata pemimpin Ukraina itu, seraya menambahkan bahwa UE dan NATO harus terlibat dalam negosiasi apa pun.

Costa mengatakan, Uni Eropa akan memberikan dukungannya yang "tidak tergoyahkan" kepada Ukraina. "Kami telah mendukung Anda sejak hari pertama perang agresi ini, dan Anda dapat mengandalkan kami untuk terus mendukung Anda," katanya kepada Zelenskyy.

Tim kepemimpinan baru Uni Eropa ingin menunjukkan bahwa mereka tetap teguh mendukung Kiev di saat yang genting bagi Ukraina, hampir tiga tahun setelah perang melawan invasi Rusia.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengancam pekan ini akan menyerang gedung-gedung pemerintahan di Kiev dengan rudal Oreshnik barunya, setelah AS memberi Ukraina persetujuan untuk menembakkan rudal ATACMS jarak jauh ke Rusia untuk pertama kalinya.

Sebuah pesawat nirawak Rusia menjatuhkan bahan peledak di sebuah bus di wilayah Kherson selatan pada hari Minggu (1/12), menewaskan tiga orang, kata pihak berwenang, sementara tentara Rusia mengklaim telah merebut dua desa garis depan baru di timur.

Gencatan Genjata?

Zelenskyy pada hari Jumat (29/11) tampaknya mulai mengintai posisinya menjelang setiap pembicaraan damai yang potensial.

Ia meminta NATO untuk menawarkan perlindungan yang terjamin ke bagian-bagian Ukraina yang dikuasai Kiev untuk "menghentikan tahap panas perang," dan menyiratkan bahwa ia kemudian akan bersedia menunggu untuk mendapatkan kembali wilayah lain yang direbut oleh Rusia. "Jika kita akan mengalami konflik yang membeku tanpa posisi yang kuat bagi Ukraina, Putin akan kembali dalam dua, tiga atau lima tahun," kata Zelenskyy pada hari Minggu (1/12).

Kallas mengatakan kepada wartawan dalam perjalanan ke Ukraina bahwa bagi Kiev "jaminan keamanan terkuat adalah keanggotaan NATO."

"Kita perlu membahas ini secara pasti - jika Ukraina memutuskan untuk menarik garis di suatu tempat, lalu bagaimana kita dapat mengamankan perdamaian sehingga Putin tidak melangkah lebih jauh," katanya.

Namun, para diplomat di NATO mengatakan tampaknya kecil kemungkinan aliansi tersebut akan segera memberikan keanggotaan bagi Ukraina mengingat adanya pertentangan dari sejumlah anggota yang berhati-hati agar tidak terseret ke dalam perang dengan Rusia.

Zelenskyy menegaskan Kiev tidak "berkhayal" tentang prospeknya dengan NATO dan mengakui ada keengganan yang mendalam dari Presiden AS Joe Biden, bersama dengan para pemimpin di negara-negara seperti Hungaria.

Bahasa Transaksional

Kallas mengatakan UE "tidak boleh benar-benar mengesampingkan apa pun" dalam hal pertanyaan tentang pengiriman pasukan Eropa untuk membantu menegakkan gencatan senjata. "Kita harus memiliki ambiguitas strategis terkait hal ini," katanya.

Trump telah meragukan kelanjutan bantuan besar Washington untuk Ukraina dan meminta negara-negara Uni Eropa untuk berbuat lebih banyak.

Eropa secara bersama telah menghabiskan sekitar US$125 miliar untuk mendukung Ukraina sejak invasi Rusia tahun 2022 sion, sementara Amerika Serikat sendiri telah mengeluarkan lebih dari US$90 miliar, menurut pelacak dari Kiel Institute.

Kallas mengatakan UE akan menggunakan "bahasa transaksional" untuk mencoba meyakinkan Trump bahwa mendukung Kiev adalah demi kepentingan AS. "Bantuan untuk Ukraina bukanlah amal," katanya. "Kemenangan untuk Rusia jelas membuat China, Iran, Korea Utara semakin berani." (Reuters/AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home