Wabah Belalang Melanda Afrika Timur
SUDAN, SATUHARAPAN.COM-Wabah belalang gurun terburuk melanda Afrika Timur dalam 70 tahun terakhir dan telah mencapai Sudan Selatan. Sekitar setengah dari penduduk negara ini mengalami kelaparan setelah perang saudara bertahun-tahun, para pejabat mengumumkan pada hari Selasa (18/2).
Sekitar 2.000 kawanan belalang terlihat di dalam negeri, kata Menteri Pertanian, Onyoti Adigo. Pihak berwenang akan mencoba mengendalikan wabah itu. Belalang telah terlihat di negara bagian Equatoria Timur dekat perbatasan dengan Ethiopia, Kenya dan Uganda. Semua telah dilanda wabah belalang yang populasinya meningkat akibat pengaruh perubahan iklim di wilayah tersebut.
Situasi di ketiga negara “sangat memprihatinkan,'' Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO, mengatakan dalam Locust Watch terbaru hari Senin. Serangan ini mengkhawatirkan ketersediaan pangan. Belalang juga telah mencapai Sudan, Eritrea, Tanzania dan baru-baru ini Uganda. Laporan lain menyebutkan wabah belalang telah melanda Pakistan dan India, serta beberapa negara Arab.
Tanah di Equatoria Timur Sudan Selatan memiliki sifat berpasir yang memungkinkan belalang untuk bertelur dengan mudah, kata Meshack Malo, perwakilan FAO. Pada tahap ini “jika kita tidak bisa mengatasi mereka... itu akan menjadi masalah,'' katanya.
Sudan Selatan bahkan lebih tidak siap daripada negara-negara lain di kawasan itu untuk menghadapi wabah belalang, dan rakyatnya lebih rentan. Lebih dari lima juta orang sangat rawan pangan, kantor kemanusiaan PBB mengatakan, dan sekitar 860.000 anak-anak kekurangan gizi.
Lima tahun perang saudara telah menghancurkan ekonomi Sudan Selatan, dan rasa tidak aman yang tersisa sejak kesepakatan perdamaian 2018 terus membahayakan umat manusia yang berusaha mendistribusikan bantuan. Seorang pekerja bantuan lokal lainnya ditembak dan dibunuh pekan lalu, kata badan PBB hari Selasa.
Belalang telah melakukan perjalanan di seluruh wilayah dalam ukuran kota besar. Para ahli mengatakan satu-satunya kontrol efektif mereka adalah penyemprotan pestisida dari udara, tetapi badan PBB otoritas setempat membutuhkan lebih banyak pesawat dan pestisida. Sejumlah pesawat telah aktif di Kenya dan Ethiopia.
PBB mengatakan dibutuhkan UD$ 76 juta segera untuk melawan belalang. Amerika Serikat akan menyumbangkan US$ 8 juta, dan sebelumnya menyumbang US$ 800.000.
Populasi keseluruhan belalang dapat tumbuh hingga 500 kali pada bulan Juni mendatang, ketika cuaca yang lebih kering dimulai, kata para ahli. Sampai saat itu, ketakutannya adalah bahwa lebih banyak hujan dalam beberapa mendatang mendatang akan membawa vegetasi segar untuk memberi makan generasi baru serangga yang rakus itu.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...