Wabah MERS, 4 Meninggal dan 18 Kasus Baru di Arab Saudi
RIYADH, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Arab Saudi mengumumkan empat kasus orang meninggal baru akibat virus korona yang menyebabkan sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS / Middle East Respiratory Syndrome) dan 18 kasus terinfeksi baru.
Kasus baru ini menyebakan angka kematian akibat MERS telah mencapaui 121 orang di seluruh Arab Saudi sejak ditemukannya penyakit ini pada 2012.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setelah misi lima hari di Jeddah menunjukkan adanya pelanggaran dalam upaya "pencegahan infeksi dan langkah-langkah pengendalian yang direkomendasikan.” Hal itu disebutkan sebagai penyebab peningkatan infeksi MERS di kota di tepi Laut Merah itu.
MERS pertama kali muncul di negara kerajaan itu pada September 2012, dan kini telah terinfeksi 449 orang di Arab Saudi, yang merupakan kasus terbesar tang tercatat di seluruh dunia.
Dua kasus meninggal terbaru itu dilaporkan pada hari Rabu (7/5) pada seorang perempuan berusia 65 tahun yang menderita beberapa penyakit, dan seorang perempuan usia 45 tahun. Kedua kasus terjadi di ibu kota Arab Saudi, Riyadh. Keduanya meninggal pada hari Selasa (6/5).
Di Jeddah, yang merupakan ibu kota komersial, seorang perempuan berusia 70 tahun meninggal pada hari Senin (5/5) dan seorang priaberusia 60 tahun meninggal pada hari Selasa (6/5), kata otorita kesehatan setempat.
Di antara 18 orang yang baru terinfeksi adalah seorang anak usia 10 tahun yang dibawa ke sebuah rumah sakit pemerintah di Jeddah setelah mengelami kecelakaan pada tanggal 29 April.
Setelah dia keluar dari rumah sakit pada 2 Mei, gejala MERS mulai muncul dan dia dilarikan ke ruang perawatan intensif.
Kepala RS King Fahd Dipecat
Pejabat Menteri Kesehatan Arab Saudi, Adel Fakieh, mengumumkan pada hari Selasa (6/5) tentang pemecatan kepala Rumah Sakit Jeddah, King Fahd. Di rumah sakit itu terjadi lonjakan infeksi MERS di antara staf medis yang memicu kepanikan di kalangan masyarakat.
WHO mengatakan kenaikan infeksi baru-baru menunjukkan "tidak ada perubahan signifikan dalam penularan virus".
"Sebagian besar infeksi dari manusia ke manusia terjadi pada fasilitas perawatan kesehatan," kata dia. Ditambahkan bahwa "seperempat dari semua kasus adalah petugas kesehatan". Oleh karena itu, tim itu mendesak petugas kesehatan untuk meningkatkan "pengetahuan dan sikap" mereka tentang penyakit ini.
MERS dianggap sebagai sepupu dari virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang meledak di Asia pada tahun 2003. SARS menginfeksi 8.273 orang, dan sekitar sembilan persen di antara mereka meninggal.
Sejauh ini belum ada vaksin atau pengobatan antivirus untuk MERS, penyakit dengan angka kematian lebih dari 40 persen. Dan para ahli masih berjuang untuk memahami virus dan penyakit ini. Dan para peneliti menuga virus itu berasal dari unta yang berpindak pada manusia.
Pada hari Rabu (8/5), Fakieh mengumumkan kampanye kesadaran untuk membantu menghentikan penyebaran penyakit tersebut. Dia mendesak warga masyarakat tidak hanya mengikuti langkah-langkah yang ketat tentang kebersihan, namun secara khusus juga menghindari unta yang sakit, serta menahan diri mengkonsumsi daging unta yang tidak masak atau minum susu unta yang tidak direbus. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...