Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 13:43 WIB | Jumat, 20 Maret 2015

Wagub Minta Cici-Koko DKI Jadi Duta Sampah

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Saiful Hidayat bertemu finalis Cici Koko di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (20/3) pagi. (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat Jumat (20/3) menerima kunjungan sekelompok muda-mudi berparas campuran Indonesia – Tionghoa di Kantor Balai Kota, Jakarta Pusat.

Muda-mudi berperawakan tinggi berpakaian formal yang menyambangi Kantor Wakil Gubernur sedari pagi ini ialah finalis Cici-Koko DKI Jakarta 2015 yang sedang dalam masa karantina.

“Sebelumnya mohon maaf, Koko Ahok tidak bisa hadir, jadi saya yang mewakili untuk memberi pengarahan kepada kalian,” ujar Djarot sembari tertawa kepada para finalis Cici-Koko.

Sontak, finalis-finalis itu pun turut tertawa.

Lebih lanjut, Djarot meminta para finalis yang mayoritas masih duduk di bangku universitas itu untuk memperkenalkan diri satu per satu.

“Baik, Cici dan Koko,  pemilihan ini bukan pemilihan kalian dari paras cantik dan tampan. Beauty itu kan bukan hanya di luar karena yang paling abadi adalah inner beauty,” ujar Djarot mengawali nasihatnya.

Selain tak hanya mengandalkan paras, Djarot juga meminta para finalis ini untuk mencintai budaya. Menurut Djarot, budaya Betawi adalah budaya percampuran antara Tiongkok, Melayu, dan Arab. Untuk itulah, keberadaan Cici dan Koko adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Jakarta.

“Konsekuensinya, para Cici Koko harus berbaur dengan masyarakat luas, tidak boleh eksklusif karena kalian adalah bagian dari budaya Jakarta. Kalian harus betul-betul membaur dengan masyarakat luas, tidak membentuk jaringan sendiri hingga membuat jarak dengan masyarakat di luar kalian,” ujar mantan Wali Kota Blitar itu.  

Djarot pun meminta agar ajang pemilihan Cici dan Koko ini berdaya guna bagi masyarakat, tidak hanya sekadar menjadi program tahunan yang berjalan tanpa ada manfaatnya.

Menurut Djarot, daripada hanya membantu memberi sosialisai program pemerintah, Cici dan Koko ini diminta untuk terjun langsung dalam bidang kebersihan, misalnya menjadi Duta Sampah.

“Itu lebih bermanfaat dan berdaya guna,” ujar Wagub.

Tentang Cici dan Koko

Seperti dikutip kokocicijakarta.org, Koko Cici Jakarta dirintis oleh angkatan pertama finalis Koko Cici Jakarta 2002 dan telah dikukuhkan oleh Wali Kotamadya Jakarta Barat saat itu. Pengukuhan IKOCI ini dilaksanakan pada 21 September 2002, bertepatan dengan penyelenggaraan Mooncake Festival.

Pada 2006, tepatnya pada Malam Final Pemilihan Koko Cici Jakarta 2006, Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso mengangkat Koko dan Cici Jakarta ke tingkat provinsi DKI Jakarta. Koko Cici Jakarta telah menjadi wadah yang lebih profesional dalam menghasilkan kegiatan-kegiatan yang bertemakan sosial-budaya dan juga menghimpun generasi muda Indonesia untuk memajukan pariwisata dan kekayaan budaya Indonesia. 
 
Pemilihan Koko dan Cici Jakarta selanjutnya dinobatkan sebagai duta pariwisata, budaya, dan sosial. Pemilihan Koko Cici Jakarta merupakan event resmi yang telah diselenggarakan oleh pemerintah DKI Jakarta dengan Ikatan Koko Cici (IKOCI) sejak 2002. Koko dan Cici terpilih akan menjadi duta pariwisata sekaligus duta kebudayaan dari budaya Tionghoa untuk dilestarikan dan dikembangkan serta untuk memberikan daya tarik pariwisata Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya.
 
Sebagai duta budaya, Koko dan Cici harus menjadi contoh dan pedoman bagi masyarakat terutama generasi muda dalam menghidupkan dan melestarikan budaya Tionghoa di tengah masyarakat Indonesia. Selain itu, melalui berbagai kegiatan, Koko dan Cici mengajak masyarakat untuk mencintai kebudayaan Indonesia yang sangat kaya dan beraneka ragam keunikannya. Sedangkan sebagai duta pariwisata, Koko dan Cici terpilih akan bersama-sama pemerintah membangun dunia kepariwisataan yang unik, menarik, dan elegan, yang pada akhirnya Kota Jakarta akan memiliki daya tarik dari bidang pariwisatanya sendiri yang tidak kalah dengan kota lain bahkan dengan negara-negara lain di dunia.
 
Pemilihan Koko Cici Jakarta bukan diselenggarakan untuk semata-mata memperlihatkan atau menonjolkan kehebatan suatu suku budaya tertentu, tetapi bertujuan untuk menunjukkan keindahan, kekayaan, dan kebesaran kesenian budaya Tionghoa yang tidak lain adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia itu sendiri. Jakarta sebagai ibu kota negara merupakan miniatur dari keanekaragaman budaya dan tradisi yang ada di Indonesia.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home