Wakil Menteri Industri Libya Dibunuh di Sirte
TRIPOLI, SATUHARAPAN.COM - Wakil Menteri Industri Libya ditembak ketika berkunjung ke kota kelahirannya, Sirte, di sebelah timur ibu kota Tripoli.
Media lokal mengutip pejabat setempat mengatakan bahwa orang-orang bersenjata yang tak dikenal memberondong Wakil Menteri itu, Hassan Al-Droui, di dekat pusat perdagangan, hari Minggu (12/1). Kasus ini dalah pembunuhan pertama terhadap pejabat pemerintah transisi Libya.
Libya dilanda pelanggaran hukum dan konflik kekerasan sejak digulingkannya Kolonel Muammar Gaddafi dari kursi kepresidenan pada bulan Oktober 2011. Namun motif di balik pembunuhan Al-Droui masih belum jelas.
Sebagian besar pembunuhan semacam ini , yang umum terjadi di kota-kota di timur Benghazi dan Derna, biasanya menargetkan tokoh-tokoh militer dan polisi. Pihak yang sering dituduh sebagai pelaku adalah kelompok-kelompok Islam ekstrim yang beroperasi di sana, kata wartawan BBC, Rana Jawad di Tripoli.
Aal-Droui adalah mantan anggota Dewan Transisi Nasional dari sayap politik kelompok pemberontak tahun 2011. Dia ditunjuk sebagai perdana menteri pertama pemerintahan transisi hingga posisinya diambil alih oleh Ali Zeidan.
Sirte adalah kawasan pertempuran terakhir dari perang sipil Libya, di mana Kolonel Gaddafi ditangkap dan ditembak mati ketika mencoba untuk bersembunyi dari serangan pemberontak.
Kekerasan Milisi
Libya tengah berjuang mengatasi sekitar 1.700 milisi bersenjata dari kelompok yang berbeda. Mereka muncul setelah Gaddafi ditumbangkan, masing-masing dengan tujuan mereka sendiri. Pada hari Sabtu (11/1) setidaknya 19 orang meninggal dalam bentrokan antara suku-suku yang bersaing di kota selatan, Sabha.
Pertempuran dilaporkan dipicu oleh pembunuhan seorang pengawal pemimpin milisi kota, anggota dari suku Awlad Suleiman. Para pengikutnya menuduh saingan mereka, suku Toubou yang membunuh pemimpin mereka.
Kekerasan di antara suku-suku di Libya adalah yang terburuk karena mereka mengabaikan perjanjian gencatan senjata pada Maret 2012.
Anggota Toubou, suku minoritas yang hidup terutama di negara tetangga Chad, tetapi juga ada di selatan Libya, Niger dan Sudan. Pada masa lalu mereka tidak diperlakukan sama dengan orang Arab dari kota-kota pesisir utara, yang cenderung mendominasi pemerintah dan pasukan keamanan negara itu.
Wilayah Libya bagian selatan berkembang dengan bisnis penyelundupan barang serta perdagangan manusia, kata wartawan BBC. Bentrokan antara suku di sana berakar pada persaingan untuk menguasai rute penyelundupan. (bbc.co.uk / AFP)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...