Walau Bukan Ranahnya, Kemensos Sentuh Pengungsi Rohingya
DEPOK, SATUHARAPAN.COM – Staf Khusus Menteri Sosial Dr M Mas'ud Said mengatakan Kementerian Sosial telah berusaha menyentuh persoalan pengungsi Rohingya meski bukan ranahnya.
“Kasus pengungsi Rohingya mungkin agak extraordinary karena bukan wilayah Kemensos. Ini wilayah Kemenlu, Kementan, dan lain-lain. Tapi Ibu (Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Red) nggak sabar. Ia ingin turun dan ikut menangani,” ujar Mas'ud di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (11/6).
Saat ini menurut Mas'ud ada sekitar 1.780 pengungsi Rohingya dan separuhnya di merupakan muslim-muslimah korban tindak pemaksaan dan penelantaran yang terusir dari negaranya.
Kemensos memberi solusi sementara, yakni melakukan diskusi aktif progresif dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memberi bantuan sosial. Bantuan diberikan karena kasus ini dianggap sebagai bencana sosial.
“Problemnya dikhawatirkan kita menyentuh Rohingya sementara orang Indonesia yang membutuhkan bantuan justru tak tersentuh,” kata dia.
Sejauh ini, Kemensos telah memberi bantuan berupa pakaian jadi, peralatan mandi, dan perlengkapan sehari-hari yang dibutuhkan lainnya.
Kemensos memang telah melakukan reorientasi dan mencoba mendalami masalah seperti Rohingya dan kaum-kaum terpinggir lainnya.
Menurut staf khusus menteri tersebut, dalam keadaan normal, negara tidak hanya menghadapi dan mempertahankan kebinekaan, tetapi juga menghadapi ketidakadilan sosial dan ekonomi.
Dalam hal ini, Kemensos tengah mencoba mencari solusi dari masalah sosial utama yang dihadapi bangsa, yakni kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunasosialan, korban bencana, korban tindak kekerasan, keterpencilan. Namun dalam kasus Rohingya, Kemensos masih memperdebatkan akan memasukkan masalah tersebut dalam kualifikasi masalah yang tepat.
Sebelumnya, menurut laman bbc.co.uk, ada empat kapal yang mengangkut sedikitnya 500 orang dari etnis Rohingya terdampar di perairan Aceh utara, Minggu (10/5) pagi waktu setempat.
Kabidhumas Polda Aceh, AKBP Teuku Saladin, mengatakan mereka tengah didata oleh pihak imigrasi dan kepolisian di Polres Aceh Utara.
“Namun, karena jumlah mereka banyak, mereka dievakuasi ke Gedung Olahraga Lhoksukon di Aceh Utara,” kata Teuku Saladin.
Berdasarkan pemantauan lembaga Arakan Project, yang khusus memonitor pergerakan kaum Rohingya selama lebih dari sedekade, ada sekitar 7.000 hingga 8.000 orang Rohingya yang berada di kapal-kapal di Selat Malaka.
Editor : Bayu Probo
Pengadilan Swedia Hukum Politisi Sayap Kanan Karena Menghina...
MALMO-SWEDIA, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan Swedia menjatuhkan hukuman pada hari Selasa (5/11) kepada s...