Wali Kota London Tulis Pengalaman Bersepeda dengan Jokowi
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Wali kota London, Boris Johnson, menulis sebuah kolom untuk koran Inggris, The Telegraph, setelah kunjungannya ke Jakarta beberapa hari lalu.
Kolom yang ia tulis sendiri itu, merupakan kesan dan pesannya kepada para pengusaha Inggris, setelah ia bersepeda bersama dengan Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (30/11).
"Mereka menyukai the Brits. Maksud saya, mereka menyukai kita," tulis Johnson dalam tulisan berjudul Indonesian Adores the Brits, So Why Aren't We Trading There?.
Lewat karangannya sepanjang 15 paragraf itu, Johnson menceritakan kegembirannya ketika mengetahui betapa orang Indonesia mencintai Inggris.
"Kami menyaksikan puluhan anak-anak mengenakan jaket kesebelasan Liga Primer: Arsenal, Chelsea, Manchester United dan sebagainya. Ketika saya meninggalkan Istana, seorang pemuda datang kepada saya dan berkata, 'Saya mencintai keluarga Kerajaan Inggris. Tuhan memberkati Ratu,'" tulis dia dalam kolom yang dilansir pada 1 Desember kemarin.
"Mereka mencintai The Beatles tentu, tetapi mereka juga mencintai Coldplay dan Adele. Dan, lagu-lagu pop Inggris terdengar tiada henti di pusat-pusat perbelanjaan," kesan Johnson.
Tidak dapat disangkal, Johnson melalui tulisannya itu ingin meyakinkan para pembacanya, bahwa Indonesia adalah negara yang bersahabat dengan Inggris.
"Menurut sebuah survei, 69 persen orang Indonesia memiliki perasaan positif tentang Inggris.Mengapa mereka menyukai kita? Mungkin karena mereka melihat kita sebagai a) bukan orang Amerika. b) bukan orang Australia dan c) kita adalah pemilik merek nasional yang keren dan asyik."
Johnson menekankan bahwa Indonesia adalah pasar kolosal yang terus bertambah besar. "Jumlah penduduknya 280 juta pada l5 tahun mendatang dan pertumbuhan ekonominya per tahun mencapai 6 persen dalam waktu yang lama."
"Menurut IMF, Indonesia akan jadi negara dengan perekonomian nomor lima terbesar dunia tahun 2030. Ini adalah konsumen masa depan dan mereka mencintai merek Inggris," kata dia.
Dengan alasan itu ia mengajak dan mendorong agar pengusaha Inggris menjalin hubungan bisnis yang lebih erat dengan Indonesia.
Johnson secara halus mengeritik pengusaha negaranya yang oleh sementara kalangan dianggap tidak segigih orang Amerika maupun Jerman dalam menggarap peluang bisnis di Indonesia.
"Saatnya kita menyadari bahwa dunia ini secara misterius dipenuhi oleh orang-orang yang mencintai segala hal tentang Inggris. Maka kita juga harus membantu mereka membeli Inggris."
Happy tapi Hati-hati
Her Suharyanto, mantan wartawan Bisnis Indonesia dan penulis profesional yang rajin memberikan pelatihan tentang kepenulisan, menilai karya tulis Johnson berhasil memotret Jakarta dengan tajam sekaligus komprehensif.
“Ia mendapati Jakarta yang berubah. Perubahan politik adalah satu hal, perubahan potensi ekonomi adalah hal terpenting bagi Inggris. Johnson melihat Jakarta dan Indonesia sebagai potensi pasar yang luar biasa bagi Inggris,” kata Her, kepada satuharapan.com.
Alumni Thomson Foundation, Inggris ini menambahkan, dari tulisan itu diperoleh kesimpulan bahwa Johnson mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari lawatannya ke Jakarta.
Kemudian, kata Her, pesan ini dia sebarkan kepada khalayak melalui media yang pas The Telegraph, koran konservatif yang banyak dibaca kelompok mapan, termasuk kelompok bisnis.
“Pilihan ini pasti akan memberikan gaung yang cukup kuat di Inggris. Apalagi poin-poin yang disajikan oleh Johnson sedemikian meyakinkan,” tambah Her.
Meskipun demikian, Her memberikan catatan bahwa disamping rasa happy oleh promosi Johnson tentang Indonesia, harus juga tumbuh sikap hati-hati.
“Indonesia harus juga melihat dari sisi sebaliknya. Jangan kita bersorak gembira mengatakan, ‘Tuh, kan… Indonesia hebat, dilirik Inggris. Perlu diingat Johnson melihat Indonesia sebagai potensi pasar. Di baliknya ada semacam seruan ‘ayo serbu pasar Indonesia,’” tutur dia.
Dalam tatanan ekonomi dunia saat ini, ajakan seperti itu menurut Her adalah sah. Namun, Indonesia semestinya tidak menjadi pasar semata.
Tulisan Johnson, kata Her, semestinya direspon dengan sikap dan atusiasme ekonomi yang sama untuk melihat Inggris sebagai pasar bagi produk Indonesia.
“Kalau perlu, Jokowi dan Ahok juga menulis di koran terkenal. Pasar apa? Itu yang harus dicari oleh Ahok dalam kunjungan balasannya ke London nanti,” tutur dia.
Di luar itu, Her memuji Johnson yang telah memainkan peran sebagai duta perdagangan dan investasi bagi negaranya.
“Andai saja para pejabat kita, yang hobi studi banding, bisa meniru ketajaman matanya dan kecerdasan komunikasinya, tentu banyak lagi yang bisa diperoleh bangsa ini,” kata Her.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...