Wall Street Turun karena Laba Emiten Ritel Lemah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Wall Street berakhir turun pada Selasa atau Rabu (21/5) pagi WIB, karena sejumlah laba emiten ritel sebagian besar mengecewakan dan setelah seorang pejabat Federal Reserve AS mendukung kenaikan suku bunga acuan lebih cepat dari beberapa perkiraan.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 137,55 poin (0,83 persen) menjadi ditutup pada 16.374,55.
Indeks berbasis luas S& P 500 turun 12,25 poin (0,65 persen) menjadi berakhir pada 1.872,83, sedangkan indeks komposit teknologi Nasdaq kehilangan 28,92 poin (0,70 persen) menjadi 4.096,89.
Kerugian terjadi menyusul rentetan laporan laba dari para pengecer, yang sebagian besar mengecewakan. Di antara perusahaan yang jatuh terutama adalah Dick`s Sporting Goods turun 18,0 persen dan Urban Outfitters merosot 8,8 persen.
Art Hogan, kepala strategi pasar di Wunderlich Securities, juga mengutip komentar dari Charles Plosser, Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia, yang mengatakan kondisi bisnis bisa mendorong bank sentral untuk menaikkan suku "lebih awal daripada yang diperkirakan."
Hogan mengatakan Plosser dianggap sebagai anggota Fed yang "hawkish", tetapi pernyataannya itu mendorong saham lebih rendah pada hari yang "kurang katalis".
Anggota Dow Home Depot mengatakan cuaca dingin membatasi penjualan pada kuartal pertama sekalipun pihaknya menaikkan perkiraan laba setahun penuh. Saham komponen Dow ini naik 1,9 persen.
Staples anjlok 12,6 persen setelah setelah melaporkan laba kuartal pertamanya 18 sen per saham, tiga sen di bawah ekspektasi analis. Sebagian dari pelemahan ini disebabkan penutupan toko-toko di Amerika Utara selama 12 bulan terakhir yang membantu mendorong penjualan 2,8 persen lebih rendah dari tingkat tahun lalu.
Perusahaan TJX, yang memiliki jaringan ritel TJ Maxx, Marshall, dan lain-lain, turun 7,6 persen karena laba dan pendapatan kuartal pertamanya meleset dari ekspektasi akibat kurs valuta asing yang tidak menguntungkan dan penjualan mengecewakan.
General Motors mengumumkan penarikan 2,4 juta lebih kendaraan di AS, karena raksasa produsen mobil itu terus berupaya mengatasi masalah keamanan di tengah skandal penarikan akibat kerusakan sistem pengapian.
Penarikan terbaru akan melipatgandakan biaya tambahan perusahaan menjadi 400 juta dolar AS (sekitar Rp4,59 triliun) , sebuah rekor untuk biaya penarikan. Saham GM merosot 3,5 persen.
Komponen Dow, Caterpillar, melaporkan bahwa penjualan mesin pada April anjlok 13 persen. Bank of America Merrill Lynch menilai statistik itu sebagai "mengecewakan tetapi tidak sepenuhnya mengejutkan" mengingat pelemahan dalam sektor pertambangan. Saham Caterpillar turun 3,6 persen.
Harga obligasi bervariasi. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS berjangka 10-tahun turun menjadi 2,51 persen dari 2,54 persen pada Senin, sementara pada obligasi 30-tahun tetap stabil di 3,38 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak terbalik. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...