Wamenag: Agama Jangan Diseret ke Ranah Politik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wakil Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar menghimbau agar persoalan agama tidak diseret ke ranah politik. Hal itu dia sampaikan dalam pembukaan Silaturahmi Nasional (Silatnas) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) IV, pada Senin (11/11) di Jakarta.
“Sejarah telah mengisi pengalaman kita, bahwa ada responnya (dampak) kalau agama itu terlalu jauh terseret kepada persolan-persoalan politik praktis,” kata Wamenag Nasaruddin Umar.
Hadir dalam pembukaan, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, pejabat eselon I dan II serta pengurus FKUB Provinsi se- Indonesia.
Menurut Wamenag, persoalan politik merupakan persoalan kontemporer, sementara persoalan agama merupakan persoalan yang sangat internal dan sangat strategis dalam menyangkut masalah keabadian nilai-nilai ajaran umat manusia.
“Semua umat beragama sejatinya sejak awal berdirinya Republik ini telah berkomitmen untuk menerapkan sikap toleransi kepada sesama dan pemeluk agama lain dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Nasaruddin Umar.
Oleh karena itu, Wamenag menilai bahwa kerukunan kehidupan umat beragama menjadi salah satu perhatian besar pemerintah karena kerukunan antar umat beragama merupakan kematangan mengelola hidup berbangsa dan bernegara.
Peran Tokoh Umat Beragama
Sementara itu, ketika menjawab pertanyaan wartawan mengenai bagaimana umat beragama menghadapi tahun politik 2014, Wamenag mengatakan, bahwa peran tokoh umat beragama sangat diharapkan untuk berpartisipasi agar mengeliminir jumlah golongan putih (golput) pada pemilu 2014 mendatang.
“Upaya ini agar seluruh warga bangsa menggunakan hak politiknya. Para tokoh umat juga harus merukunan kembali umat seandainya ada ketegangan, merujukan kembali setelah mungkin ada perbedaan,” kata Nasaruddin Umar menambahkan.
Menurut Wamenag, kerukunan umat beragama tidak hanya diperlukan untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan, tetapi dibalik kerukunan itu, kita juga menginginkan bagaimana agama terus menerus tampil sebagai faktor pemersatu dan pemberi motivasi pergerakan pembangunan masyarakat Indonesia. Selain itu, menurut dia yang lebih penting adalah bagaimana menjadikan agama sebagai faktor sentral yang menekankan aspek, spirit dan energi kebersamaan umat beragama untuk memenuhi harapan dan hajat kehidupan kemanusiaan.
“Harus kita waspadai, jangan sampai agama menekankan energi negatif yang menonjolkan sikap perbedaan antar umat,” kata Wamenag yang juga berharap supaya forum silaturrahmi FKUB dapat membuahkan hasil yang bermanfaat untuk menguatkan pengembangan kerukunan umat beragama di Indonesia. (Pinmas)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...