Warga Amerika Serikat Demo tentang Kekerasan Polisi
SAN FRANSISCO, SATUHARAPAN.COM - Ribuan orang turun ke jalan di sejumlah kota Amerika Serikat pada hari Jumat (8/7), menentang penembakan oleh polisi terhadap dua pria berkulit hitam pada pekan ini.
Gerakan itu dilaksanakan di tengah pelaku penembak jitu yang menewaskan lima polisi, yang mengawasi demonstrasi serupa di Dallas.
Demonstran memenuhi jalan di New York, Atlanta, dan Philadelphia serta kegiatan di San Fransisco dan Phoenix di Arizona, juga menarik ribuan orang. Tidak ada laporan tentang bentrokan besar atau apakah jatuh korban atau tidak.
Ribuan orang berdemonstrasi di Atlanta dalam suatu gerakan yang dikatakan gerakan terbesar, menyerukan dan mengibarkan sejumlah spanduk menuntut keadilan, sebagaimana video yang diunggah di media sosial.
Rekaman penyiar menunjukkan kerumunan besar itu berhadapan dengan sejumlah kendaraan petugas, yang berhenti di jalan tol antar-negara bagian.
Wali Kota Atlanta, Kasim Reed, menulis dalam akun Twitter-nya, aksi massa itu berjalan damai, meskipun petugas telah menangkap 10 orang di antara mereka.
Jumat adalah hari kedua demonstrasi melawan penggunaan kekerasan polisi menyusul penembakan fatal terhadap Philando Castile, 32, dekat St Paul, Minnesota, dan Alton Sterling, 37 di Baton Rouge, Louisiana.
Castile tewas di tangan polisi saat berhenti di lampu lalu-lintas, hari Rabu, dan kekasihnya mengunggah video kejadian itu sesaat setelah kejadian.
Sterling tewas pada Selasa, saat bertengkar dengan dua polisi berkulit putih di luar swalayan. Video yang merekam kejadian itu menyebabkan kehebohan di media sosial.
"Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian, tidak ada polisi rasis," kata pengunjuk rasa pada Jumat malam di Baton Rouge, dimana para polisi dengan perlengkapan anti huru-hara mencoba menahan mereka memblokir jalan raya.
Dua kejadian penembakan itu meningkatkan ketegangan rasial yang telah terjadi berulang kali di negara itu menyusul tewasnya Michael Brown, remaja kulit hitam oleh polisi berkulit putih, di Ferguson, Missouri, 2014 lalu.
Demonstrasi pada Kamis itu berlangsung damai hingga terjadi tembakan di Dallas.
Pihak berwenang mengatakan, Micah Johnson, 25 tahun, veteran militer AS berkulit hitam dari perang Afghanistan, yang mengatakan dia ingin "membunuh orang kulit putih," melancarkan serangan penembak jitu yang menewaskan lima orang aparat dan melukai sembilan orang lain.
Polisi membunuh penembak dengan robot membawa bom setelah menyudutkan dia di tempat parkir, mengakhiri bakutembak beberapa jam. (AFP/Ant)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...