Warga Filipina Tersenyum di Tengah Terjangan Topan Hagupit
MANILA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah foto yang menggambarkan puluhan warga Filipina berada dalam sebuah bis diunggah oleh pengguna medsos lewat akun twitternya. Dalam foto, tampak sebagian besar penumpang, termasuk perempuan, tersenyum bahkan tertawa.
Menurut Ramy Inocencio, pemilik akun twitter dengan nama yang sama, para penumpang tersebut telah berada dalam bis yang tidak bergerak itu selama empat hari.
"Dapatkah Anda tersenyum di dalam sebuah bis yang tidak bergerak selama empat hari? Orang Filipina melakukannya," tulis Ramy, (7/12).
Sampai hari ini pemerintah Filipina masih bersiaga untuk mengantisipasi dampak topan Hagupit yang diperkirakan masih akan menyisakan banjir dan tanah longsor.
Hari ini sekolah-sekolah dan kantor pemerintah diliburkan. Bursa saham juga tutup demi mengantisipasi datangnya topan Hagupit ke ibukota Filipina. Lembaga berwewenang memperkirakan topan itu mendekati Manila pada malam nanti.
Setidaknya dua orang meninggal setelah topan tersebut menyapu Filipina kemarin. Pemerintah mengatakan sejumlah daerah belum dapat dihubungi untuk mengetahui jumlah korban dan jenis kerusakan yang dialami.
Angin bertiup sangat kencang, namun kerusakan yang ditimbulkan topan kali ini jauh lebih kecil daripada yang ditakutkan, setelah kehancuran masif tahun lalu yang disebabkan terjangan topan serupa.
Hagupit menyebabkan tanah longsoor di sebelah timur kota Samar pada Sabtu malam, bergerak perlahan diiringi hujan lebat sehingga diperkirakan akan memicu banjir.
Pihak Kepolisian Filipna mengatakan akan menambah personil untuk daerah-daerah yang diterjang angin. Bantuan juga sedang dalam perjalanan.
Menurut USA Today, sekitar 900 ribu warga telah mengungsi ke tempat-tempat penampungan darurat dan daerah yang dianggap aman. Hari ini pemerintah mengatakan sekitar 260.000 keluarga masih berada di pusat-pusat evakuasi.
Kemarin, topan Hagupit mulai melemah ke kategori satu dengan kecepatan angin 85 mph.
Badai ini datang 13 bulan setelah Super Topan Haiyan menelan 7.300 korban meninggal dan hilang pada Juli tahun lalu.
Cathy Anover, 53, penduduk Tacloban yang sehari-hari bekerja sebagai pengusaha, menemukan rumahnya rusak parah dan tokonya dijarah ketika terjadi topan Haiyan tahun lalu.
Kemarin, ia mengakui hujan dan angin berlangsung selama 12 jam di daerah tempatnya bermukim, namun kerusakan yang terjadi lebih kecil dari yang ia khawatirkan.
"Puing-puing berserakan dimana-mana, seng beterbangan dan pohon pisang rusak. Beberapa rumah hancur. Sepertinya badai datang lagi tetapi tak bisa dibandingkan dengan Haiyan," kata dia.
Menurut dia, topan menghantam Tacloban pukul 5 sore waktu setempat pada hari Sabtu dan tidak meninggalkan daerah itu sampai pukul 05:00 pada hari Minggu.
"Badai berlangsung terlalu lama. Anda bisa mendengar suara angin dan seng beterbangan selama 12 jam. Itu cukup menyiksa. Tetapi saya bersyukur semua orang selamat," katanya.
Rhea Estuna, 29, memberi kesaksian yang penuh pengharapan. Ia sempat melarikan diri ke pusat evakuasi pusat Tacloban pekan lalu. namun ketika kemarin ia melongok keluar rumah, ia melihat adegan yang samasekali berbeda dibandingkan dengan kengerian saat topan Haiyan tahun lalu.
"Tidak ada mayat yang tersebar di jalan, tidak ada gundukan besar puing-puing," katanya kepada Associated Press melalui ponsel.
"Terima kasih kepada Tuhan topan ini tidak begitu merusak."
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...