Warga Syiah Jatuh Sakit di Pengungsian
SIDOARJO, SATUHARAPAN.COM - Banyak warga Syiah asal Sampang Madura yang jatuh sakit di Rusun Puspa Agro Desa Jemundo Taman, Jawa Timur (Jatim). Warga Syiah yang sakit di lokasi pengungsian tidak mendapatkan perawatan medis secara intensif oleh pihak dinas kesehatan milik pemerintah setempat.
Ironis, seperti disampaikan media lokal setempat, saat ini tidak ada Dinas Kesehatan Pemerintah provinsi (Pemprov) yang dulu bertugas di Posko kesehatan di lokasi pengungsian. Informasi yang dihimpun beritajatim.com, jika ada warga Syiah yang sakit, mereka dirawat oleh relawan medis dari PW Muhammadiyah Jatim dan sejumlah relawan dari Jatim dan Sidoarjo yang masih siaga di rusun.
Selain tidak dijumpai petugas Dinas kesehatan Pemprov Jatim, bagian Kesra dan Bakesbang Linmas juga dikabarkan tidak berada di lokasi. "Kasihan, kalau ada yang jatuh sakit. Mereka hanya dirawat oleh relawan yang masih ada," kata salah satu warga Syiah, yang dilansir situs beritajatim, pada hari ini, Selasa (13/8).
Sementara itu, tokoh Syiah, Iklil Alhilal di pengungsian mengakui banyak warga yang sakit dalam pergantian cuaca akhir-akhir ini, seperti terserang demam, panas dan lainnya. Warga yang sakit juga belum ada yang sampai dirujuk ke rumah sakit, karena banyak kendala. "Jika ada warga yang sakit, mereka dirawat dengan adanya. Warga mau berobat ke rumah sakit juga tak punya biaya," kata kakak tertua Tajul Muluk.
Warga Syiah Urung Lebaran di Kampung Halaman
Sementara itu, keinginan warga Syiah Sampang di pengungsian Rusun Puspa Agro Jemundo Taman, untuk dapat berlebaran di kampung halaman mereka ternyata tidak terwujud. Bukan hanya karena tidak adanya biaya pulang kampung, tetapi juga karena tidak terealisasinya janji Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk memulangkan warga Syiah selama Ramadan, melainkan justru memaksa mereka berlebaran di pengungsian.
Hingga saat ini, warga Syiah asal Kecamatan Omben itu tetap menetap di pengungsian Rusun milik Pemprov Jatim. Keinginan mereka untuk bisa mudik berlebaran di tanah kelahiran tampaknya tinggal menjadi angan-angan. Padahal Presiden SBY pernah menjanjikan pada warga syiah ini untuk segera dipulangkan sebelum Lebaran 1434 Hijriah, namun janji itu tampaknya tidak terlaksana.
Sebenarnya warga Syiah ingin pulang sendiri ke kampung halaman mereka meskipun tanpa bantuan pemerintah, tetapi karena tidak adanya biaya membuat mereka hanya bisa pasrah. "Warga mengaku kecewa dengan pemerintah karena dinilai tidak bisa melindungi warga Syiah, untuk bisa berlebaran di kampung mereka. Warga juga kecewa karena saat Presiden SBY datang ke Jatim, juga tidak mengunjungi warga Syiah," kata M. Zaini di pengungsian Rusun Puspa Agro, pada pekan lalu, Rabu (7/8).
Dia juga prihatin terkait rekonsiliasi yang direncanakan pemerintah antara warga Syiah dengan warga Madura lainnya, yang semakin kabur setelah terdengar kabar bahwa ulama di Sampang juga semakin gencar menolak dan meminta mereka bertobat apabila ingin kembali ke Madura. "Sampai kapan kami bernasib seperti ini," keluh pemuda Syiah yang vokal itu.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Perayaan Natal di Palestina Masih Dibatasi Tahun Ini
GAZA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal di Palestina tahun ini hanya sebatas ritual keagamaan, mengin...