Wartawan Jadi Target Serangan Taliban di Afghanistan
Reporter BBC terjebak tidak bisa masuk bandara di Kabul. Sejumlah media meminta pemerintah memberi kemudahan visa bagi jurnalis keluar dari Afghanistan.
LONDON, SATUHARAPAN.COM-Seorang reporter Afghanistan yang telah bekerja dengan BBC selama bertahun-tahun secara aktif menjadi sasaran Taliban dan saat ini terperangkap di Kabul dan tidak dapat mencapai bandara.
Seorang juru bicara BBC mengatakan: “BBC melakukan segala yang bisa dilakukan untuk mengamankan keselamatan tim kami di Afghanistan. “Semua keahlian dan sumber daya yang relevan di seluruh BBC dan dengan pihak eksternal saat ini didedikasikan untuk tugas ini,” tambahnya dikutip Arab News.
Mantan reporter BBC, seorang warga negara Afghanistan, dikatakan sebagai "target bernilai tinggi" bagi Taliban, dan kelompok itu dilaporkan pergi ke rumah mereka pada hari Selasa (24/8) untuk membunuh mereka.
Jen Wilson, chief operating officer dari Army Week Association di New York, mengatakan: “(Taliban) suka ketika jurnalis TV Amerika turun karena kemudian mereka berbicara dengan Barat, tetapi mereka membenci jurnalis pribumi, terutama yang berada di embeded dengan pasukan sekutu.”
Sejak Taliban menguasai wilayah dalam beberapa bulan terakhir, banyak wartawan di Afghanistan bersembunyi. Beberapa pekan lalu, wartawan Reuters Denmark, Siddiqui tewas saat meliput bentrokan antara pasukan keamanan Afghanistan dan pasukan Taliban di dekat perbatasan dengan Pakistan.
Siddiqui bekerja pekan itu sebagai jurnalis dengan pasukan keamanan Afghanistan ketika dia ditangkap dan dibunuh dalam baku tembak Taliban.
Ribuan jurnalis, penerjemah Afghanistan telah memberikan informasi yang sangat berharga dari lapangan kepada organisasi media internasional sejak invasi pimpinan AS tahun 2001.
Pemerintah Inggris memberikan akses ke negara itu kepada lebih dari 200 jurnalis Afghanistan yang bekerja dengan perusahaan media Inggris pada hari Minggu, setelah banding oleh koalisi surat kabar dan penyiar terkemuka.
Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab setuju, untuk mengeluarkan keringanan visa bagi para jurnalis Afghanistan atas risiko yang mereka ambil untuk membela hak asasi manusia dan mengejar kebebasan media melalui pekerjaan mereka.
“Kita harus melindungi para jurnalis Afghanistan pemberani yang telah bekerja dengan sangat berani untuk menyoroti apa yang sebenarnya terjadi di Afghanistan,” kata Raab. “Itulah sebabnya kami telah memberikan keringanan visa kepada jurnalis dan staf media mereka untuk datang ke Inggris.”
Skema pemukiman kembali, yang berada di luar undang-undang imigrasi Inggris saat ini, akan berlaku untuk jurnalis Afghanistan itu sendiri dan juga keluarga dekat mereka seperti pasangan dan anak-anak tanggungan di bawah 18 tahun.
Namun, tidak jelas kapan para jurnalis dan keluarga mereka akan dapat pindah ke Inggris mengingat situasi di Afghanistan.
Surat kepada PM Inggris
Pekan lalu, organisasi media dan surat kabar terkemuka Inggris menyusun surat terbuka kepada Perdana Menteri Boris Johnson yang mendesaknya untuk memberikan perlindungan kepada pekerja media di Afghanistan di bawah ancaman Taliban.
Surat itu ditandatangani oleh setiap surat kabar besar, termasuk Observer, Guardian dan Times, ditambah penyiar Sky News dan ITN.
Seruan serupa muncul dari AS dan Jerman, dengan surat kabar utama juga mendesak pemerintah mereka untuk memberikan perlindungan bagi jurnalis dan wartawan Afghanistan yang telah memberikan layanan penting dari Afghanistan selama 20 tahun terakhir.
Organisasi berita Jerman termasuk Der Spiegel, dpa International, Deutsche Welle dan Frankfurter Allgemeine Zeitung menyusun surat terbuka yang ditujukan kepada Kanselir Angela Merkel dan Menteri Luar Negeri Heiko Maas mendesak mereka untuk membuat program visa darurat untuk memberikan keamanan bagi jurnalis Afghanistan.
Sementara itu pada hari Senin, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) meminta para pemimpin G7 untuk memprioritaskan, dan mengambil tindakan segera untuk menjamin keselamatan bagi, jurnalis dan pekerja media Afghanistan.
Dalam sebuah surat terbuka, CPJ mendesak G7 untuk mengoordinasikan dukungan bagi jurnalis dan kebebasan pers dalam sistem PBB, dan membantu jurnalis Afghanistan yang masih bekerja di negara itu.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...