Wartawan Jepang Dibebaskan setelah Disandera Kelompok Militan Suriah
ANTAKYA, SATUHARAPAN.COM – Seorang wartawan Jepang telah dibebaskan setelah disandera oleh kelompok militan di Suriah selama tiga tahun.
Dalam video yang dikirimkan dari perbatasan Turki-Suriah, Junpei Yasuda, nama wartawan asal Jepang itu, berbicara dalam bahasa Inggris dan menyebutkan namanya, sekaligus mengkonfirmasi bahwa dirinya disandera 40 bulan.
Istrinya, Myu, yang terus mengampanyekan agar suaminya dibebaskan, melalui siaran langsung televisi, menyambut lega pembebasan suaminya.
Yasuda sebelumnya pernah disandera selama invasi AS dan sekutunya ke Irak pada 2004, tetapi kemudian dibebaskan setelah beberapa hari disekap.
Jurnalis paruh waktu (freelance) ini dinyatakan hilang pada Juni 2015 setelah melakukan perjalanan dari Turki ke Suriah untuk melakukan liputan perang saudara di wilayah itu.
Ia dilaporkan disekap kelompok yang terkait al-Qaeda, Hayat Tahrir al-Sham, yang dulu dikenal sebagai Front al-Nusra.
“Saya telah disekap di Suriah selama 40 bulan, sekarang saya berada di Turki. Sekarang saya dalam kondisi aman. Terima kasih banyak,” kata Yasuda dalam video yang dibuat di pusat imigrasi di Kota Antakya, Turki.
Perwakilan Pemerintah Jepang telah melakukan perjalanan ke lokasi Yasuda untuk mengkonfirmasi perihal identitasnya.
Adapun istrinya, Myu. terharu mendengar berita itu dan berujar, “Terima kasih ... terima kasih atas doa dan upaya pembebasan suami saya.”
Yasuda diharapkan segera kembali ke Jepang.
Empat bulan lalu, beredar video yang memperlihatkan dirinya saat berbicara pada Oktober 2017 yang disiarkan oleh saluran TV Jepang.
“Saya berharap semua keluarga saya baik-baik saja,” katanya kala itu, “Saya rindu kalian.”
Media Japan Times melaporkan kelompok penyandera menuntut US$10 juta atau sekitar Rp132,7 miliar untuk pembebasan Yasuda.
Tetapi Sekretaris Kabinet Jepang membantah uang sebesar itu telah diberikan kepada kelompok penculikan sebagai penebusan Yasuda. “Hal semacam itu tidak pernah terjadi,” kata Yoshihide Suga kepada wartawan.
Pemerintah Qatar telah membantu membebaskan sandera lain yang disekap oleh kelompok oposisi bersenjata di Suriah, termasuk jurnalis AS, Peter Theo Curtis, yang dibebaskan oleh Front al-Nusra pada 2014.
Qatar membantah pihaknya menggelontorkan uang uang demi membebaskan para sandera.
Hal ini menanggapi informasi yang menyebut negara itu telah menyerahkan uang ratusan juta dolar untuk menjamin pembebasan 26 warga Qatar, termasuk beberapa anggota keluarga kerajaan, yang diculik di Irak oleh kelompok milisi pro-Iran.
Sebelumnya, Pemerintah Jepang telah dihujani kritikan karena dianggap lamban menanggapi kasus penculikan sebelumnya yang menimpa warganya di Suriah.
Para pengkritiknya menunjukkan kemarahan dan kesedihan ketika jurnalis Jepang lainnya, Kenji Goto, dipenggal kepalanya oleh kelompok militan yang menyebut sebagai Negara Islam atau dulu disebut ISIS pada awal 2015.
Tindakan brutal terhadap Kenji Goto ini terjadi sepekan setelah jurnalis dan warga Jepang lain, Haruna Yukawa, dipenggal kepalanya oleh ISIS. (bbc.com)
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...