Wartawan Perempuan Suriah Terima Penghargaan Jurnalistik
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Wartawan Suriah, Zaina Erhaim, 30 tahun, menerima Penghargaan Peter Mackler 2015, atau Peter Mackler Award for Courageous and Ethical Journalism, nama resmi penghargaan itu, di National Press Club di Washington DC, pada 22 Oktober, 2015.
Erhaim mengemukakan harapannya bahwa melalui karyanya dia bisa menyampaikan sisi humanis dari konflik yang mengerikan yang terjadi selama ini di negaranya.
"Saya bukan reporter peliput perang. Saya tidak akan ada kalau itu bukan negara asal saya," katanya menjelang menerima penghargaan dari Reporters Without Borders, Agence France-Presse, dan Global Media Forum, sebuah organisasi pelatihan wartawan.
"Saya kembali karena saya orang Suriah. Saya milik tanah air itu," kata Erhaim, seperti dikabarkan AFP. Erhaim belajar di London sebelum kembali ke Suriah untuk melaporkan konflik.
Dia tinggal dan bekerja di Aleppo, Suriah. Dia telah melatih sekitar 100 wartawan Suriah, wartawan media cetak ataupun televisi, sepertiga di antara mereka perempuan. Dia juga membantu mendirikan media baru, baik surat kabar ataupun majalah independen di negara itu.
Erhaim juga jadi koordinator proyek Suriah untuk Institut Pelaporan Perang dan Perdamaian (Institute for War and Peace Reporting/IWPR), organisasi internasional yang mendukung wartawan di negara-negara yang mengalami konflik, krisis, atau transisi.
Dia mengatakan melatih orang lain karena, "Saya ingin membantu sesama jurnalis warga saya. Saya merasa terbeban untuk menyelesaikan apa yang rekan-rekan saya telah perjuangkan mati-matian. Mereka mempertaruhkan nyawa untuk membuat dunia melihat apa yang terjadi."
Karya dari beberapa anak didiknya telah diterbitkan di berbagai penerbitan ternama dunia, dan Erhaim mengatakan tujuannya adalah untuk membantu menyampaikan harkat kemanusiaan yang sedang dirobek-robek di Suriah.
"Apa yang saya coba lakukan dalam tiga atau empat tahun terakhir hanya melaporkan kehidupan di dalamnya, bukan hanya perang atau pembantaian," katanya.
"Para politisi internasional merusak harkat kemanusiaan orang Suriah. Mereka (orang-orang Suriah) memiliki kehidupan, mereka ingin menata kehidupan, ingin membangun keluarga."
Erhaim mengakui tidak mudah bekerja sebagai wartawan di Suriah, yang berada dalam daftar 177 di antara 180 negara dalam hal kebebasan pers oleh Reporters Without Borders. Bahkan belakangan, dia dan yang lain sering menjadi sasaran ISIS.
Dia mengatakan wartawan dapat dengan mudah ditangkap, hanya karena tulisan atau sekadar membawa kamera. "Banyak dari mereka yang ikut latihan telah ditangkap oleh rezim, beberapa dibunuh oleh ISIS," katanya.
Namun, Erhaim tidak mundur. Dia adalah penerima ketujuh penghargaan, yang namanya diambil dari nama almarhum Peter Mackler, wartawan AFP yang meninggal pada tahun 2008 itu.
Penghargaan ini diberikan oleh Global Media Forum, Reporters Without Borders Cabang Amerika Serikat, dan Agence France-Presse, untuk wartawan yang berani menyuarakan dan melaporkan berita di negara-negara di mana kebebasan pers tidak dijamin atau tidak diakui.
Wapres Lihat Bayi Bernama Gibran di Pengungsian Erupsi Lewot...
FLORES TIMUR, SATUHARAPAN.COM - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengunjungi seorang b...