Warteg Mengeluhkan Kenaikan Harga Elpiji 12 Kg
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sabtu sore itu (4/1), di sebuah lokasi rumah makan warteg (warung tegal) di bilangan Jakarta Selatan, tepatnya Jalan Tebet Raya No1D terlihat lengang, namun pengunjung tetap berdatangan silih berganti, dan sesekali membuat pemiliknya berdiri untuk melayani pengunjung yang pesan makanan di warteg yang begitu tersohor dan memiliki cukup banyak ulasan (review) di dunia maya tersebut.
Konaah (47), anak pemilik Warteg Warmo, yang diambil dari nama ayahnya, mengatakan kepada satuharapan.com bahwa ketidaktegasan pemerintah dalam menstabilkan harga bahan bakar berakibat begitu signifikan bagi jenis usaha kecil ini. Terutama berkaitan dengan harga gas elpiji tabung ukuran 12 kilogram.
“Saya enggak tahu itu yang naikin pemerintah atau siapa. Berapa pun harganya kami sih hayuk aja, tapi kami minta kepastian naiknya berapa. Kita bukannya tidak pro-pemerintah, boleh naik tapi jangan keterlaluan.” keluh Konaah.
Memang benar, belum ada kepastian dari pemerintah terkait berapa kenaikan harga gas elpiji tabung 12 kg tersebut, karena pada beberapa toko di pasaran, berdasarkan informasi yang dihimpun satuharapan.com, dijual dengan kisaran harga Rp 135.000-150.000 dari sebelumnya seharga Rp 85.000. Di tempatnya, Konaah mengaku membeli seharga Rp 140.000 per tabung 12 kg.
“Harganya 140 ribu, sehari bisa pakai dua tabung, kalau lagi ramai bisa sampai lima. Harga tidak dinaikan, tapi porsi memang kita kurangin. Rencana mau naikan harga ada, yah sekitar Rp 1.000, mungkin bulan Februari, tapi lihat kondisi dulu. Harganya naik pelan-pelan,” tandasnya menjelaskan strategi bagi kelangsungan usahanya.
Putri sulung dari lima bersaudara ini menuturkan karena kenaikan harga, tentu dia sebagai rakyat kecil merasa terbebani. Sebelumnya harga bahan bakar minyak (BBM) yang sudah terlebih dahulu naik berdampak pada kenaikan modal yang harus ia keluarkan untuk belanja. Sebut saja telur ayam yang sebelumnya Rp 14.000 per kilogram menjadi Rp 16.000 dengan kebutuhan 10 kg telur per hari, beras dari Rp 400.000 per karung menjadi Rp 440.000 dengan kebutuhannya 30 liter per hari.
Bahkan harga tabung gas 3 kg juga melonjak naik dari Rp 16.000 menjadi Rp 19.000-20.000. Konaah sempat berujar ingin menggunakan tabung gas kecil saja (3 kg), akan tetapi ketika ia mempertimbangkan dari segi efisiensi, karyawannya bisa semakin repot kalau harus berkali-kali dalam sehari mengganti tabung gas untuk masak.
Sebelum kenaikan harga elpiji, omset per hari warteg ini bisa mencapai dua juta rupiah per harinya, sedangkan untuk belanja per harinya bisa menghabiskan satu juta rupiah. Namun ia tidak tahu pasti berapa omset usahanya setelah lonjakan harga tabung gas tersebut. Meskipun begitu, Warteg Warmo tetap dikunjungi sekitar 500 orang (konsumen yang makan-red) setiap harinya. Menu yang disajikan boleh dibilang cukup murah dengan kisaran harga Rp 7.000-15.000 per porsinya.
Peduli pada Karyawan
Karyawan Warteg Warmo hanya ada lima, dan semuanya berasal dari daerah yang sama dengan wanita asli Tegal, Jawa Tengah ini. Konaah meskipun mengakui hanya mampu memberi gaji karyawannya jauh di bawah UMR, yaitu Rp 500.000, namun ia boleh dikatakan peduli pada karyawannya. Misalnya, kontrakan ia sewa khusus untuk kelima karyawan yang kesemuanya laki-laki itu, meski hanya beralaskan tikar. Selain itu jika ada yang sakit, ia rela mengeluarkan uang untuk biaya pengobatan karyawannya. Untuk makan tidak perlu khawatir, karena mereka bisa makan apa pun yang disajikan di Warteg Warmo.
Dia ungkapkan lebih menyukai karyawan laki-laki, karena memiliki ketahanan fisik yang lebih kuat. Namun sekarang ini harus ia akui sulit mencari orang yang mau bekerja dengan bayaran di bawah UMR. Warteg menurut Konaah adalah usaha yang berdasarkan kekeluargaan, contohnya ia tidak ragu membantu mencuci piring atau melayani konsumen yang pesan makanan terutama saat ramai pengunjung. Bagi dia bos ataupun karyawan sama saja.
Usaha warteg ini sudah berjalan puluhan tahun, sejak 1968 lebih tepatnya, yang telah dirintis oleh ayah dari ibu tiga anak ini, dari usaha kecil-kecilan sampai bisa mempunyai tiga cabang, antara lain di Bekasi, dan dua lainnya masih di sekitar Tebet. Berhubung wartegnya buka 24 jam, giliran yang menunggu malam adalah suaminya.
Selain bersama suami, saat ini ia menjalankan usaha Warteg Warmo dan ketiga cabangnya bersama empat orang adik-adiknya secara bergantian di lokasi utama maupun di setiap cabang setiap empat bulan sekali. Kadang-kadang anaknya juga ikut membantu, hitung-hitung meneruskan usaha keluarga, pikir Konaah.
Konaah kembali bercerita tentang kesuksesan usaha yang ia geluti sebelum terjadi krisis moneter tahun 1998 silam, dia masih bisa menggaji dengan layak 10 orang karyawan pada saat itu. Lepas dari tahun yang ia sebut krismon itu, banyak usaha warteg yang tutup, namun Warteg Warmo mampu bertahan meski dalam ketidakstabilan ekonomi. Sampai pada tahun 2000-an usahanya tersebut baru bisa stabil.
“Habis Soeharto turun, warteg jadi banyak yang tutup, kita bertahan karena bisa punya strategi jualan.” ungkapnya.
Konsumen dari Artis sampai Pejabat
Sembari duduk di kasir yang tanpa menggunakan perangkat komputer tersebut, hanya buku besar sebagai catatan pembukuan keuangan usahanya yang tidak terlalu detil, Konaah menunjuk pada pigura tepat di samping kiri atas tempat dia duduk, terpampang seorang pria usia 85 tahun berfoto bersama penyanyi kondang yang dikenal sebagai raja dangdut Rhoma Irama.
Setelah ditelisik, ternyata pria yang berfoto bersama raja dangdut tersebut adalah Warmo, ayah Konaah, pemilik usaha sebelumnya. Diceritakan bahwa penyanyi kondang yang juga akrab disapa Bang Haji itu pernah mampir untuk makan di Warteg Warmo.
“Pernah Charli (eks-vokalis Band ST12) makan di sini, mamanya Jupe, Olga, pejabat, Eko Patrio, Dahlan Iskan, Bondan Winarno (presenter kuliner kondang),” kata wanita yang berharap secepatnya bisa naik haji ini.
“Uya Kuya juga pernah ke sini,” tambah dia sambil menjelaskan salah satu acara televisi presenter tersebut, yang menunjukkan keahliannya dalam menghipnotis orang untuk berbicara jujur. Masakan Warteg Warmo selain artis, tentunya digemari juga oleh masyarakat sekitar, dan orang kantoran terdekat.
Selain publik figur, banyak juga hal-hal yang tidak terduga dalam mengurus usaha wartegnya, misalnya ada yang minta makan mengaku buat anak yatim, atau buat yayasan. Ada yang mengaku lupa bawa dompet ternyata tidak datang lagi untuk bayar, namun demikian Konaah mengaku tetap ikhlas memberikan.
Warteg Warmo ramai karena menu yang ditawarkan cukup komplit untuk usaha sekelas warteg. Beberapa menu antara lain, sayur-sayuran (misalnya kacang panjang, capcay, sayur sop, dll), lauk pauk (misalnya ayam, rendang), gorengan, soto babat, soto ayam, sop iga, sampai beberapa menu seafood (udang, cumi, ikan, kerang). Sedangkan menu yang paling disenangi yaitu paru dan gorengan, dan menu yang wajib ada yaitu sayur kacang panjang.
Orang Tegal menurut Konaah senang bikin warteg karena dari nenek moyangnya, masyarakat Tegal aslinya petani dan memang sudah pintar masak sejak dulu. “Warteg itu intinya murah, kenyang, siapapun bisa masuk.” tutupnya.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...